Senin, 27 Desember 2010

Jaulah FIKRA23 Ke KALAM28

FIKRA23 atau akronim dari Forum Silaturrahim dan Ukhuwah Rohis Alumni SMAN 23, berkunjung ke KALAM28, Keluarga Alumni Muslim SMAN 28, di bilangan Pasar Minggu. Bertolak dari Sekolahan 23, sambil menunggu beberapa alumni lainnya berkumpul di halaman depan SMAN 23. Alhamdulillah sesuai target, Alumni yang dapat berangkat berjumlah 9 orang dan star dari 23 pukul 8.42 pagi. Ada Ka Probo Setiawan (2006), Ka Wahyu Nursyiam (2006), Ka Aulia Rahman Utomo (2007), Ka Abdul Jakfat Asy Shidiq (2010), Arifin Iskandar (2007), Ka Antika Fajriani (2002), Ka Siti Fatimah (2002). Ka Eltria Putri (2005), dan Ka Munawaroh (2005). Dengan 5 buah motor, Alhamdulillah kita bisa konvoi sampai ke SMAN 28 pada pukul 9.35 pagi, Alhamdulillah ga telat, soalnya kita janjiannya jam 10 pagi. Sambil ngisi waktu, akhwat alumninya makan batagor bersama, maaf ya teman2 alumni ikhwannya...

Alhamdulillah dengan sangat antusias FIKRA23 disambut oleh KALAM28 yang dihadiri oleh Ka Amin Ilyas (2005), Ka Zulfikar (2006), Ka Nestiyanto (2007), Ka Ulfah Hadi Surya (2005), sayangnya ada satu lagi yang menginisiasi silaturrahim kami ke 28, yaitu Ka Desti Raisa (2005), namun beliau harus "overtime" di tempat kerjanya, tapi insya Allah ga papa koq Mba Ides, Jazakillah sudah memudahkan silaturrahim kami.

Latar belakang kunjungan kami sebenarnya kami ingin mo' Refreshing, "Go Ahead" kalo gayanya iklan A Mild, ketika masalah begitu ruwet, ya kita jalan2 aja, seperti Isra' dan Mi'rajnya Rasulullah saat dalam keadaan sulit, karena saat kita berada di Ketinggian seperti Rasulullah yang ber-Mi'raj, atau gaya iklan A Mild yang menaikin tambang demi tambang hingga sampai di ketinggian gedung, toh semua masalah itu sederhana saja jadinya. "Gampang aja!", kalo gayanya Ka Fikar dari Kalam 28. Diketinggian kaki saat berada di dalam pesawat pada malam hari pun, tak tampak seorang manusia pun, yang tamak hanya titik2 cahaya yang mengkilat. Yup, terkadang kita memang harus melihat masalah dari sudut pandang orang lain, karena memang tidak serumit yang kita pikirkan, gitu kata ka Aulia dalam status fb-nya.

Subhanallah dengan persiapan dari teman2 Kalam28 yang sudah mempersiapkan infokus dengan power point Kalam 28 nya yang lengkap, atau jamuan snack untuk kami yang sangat lezat, dan terutama untuk ilmu yang kami dapat teramat banyak dan berharga, sungguh tidak ingin kami lupakan bagaimana baiknya teman2 Kalam 28 yang menyambut kami semua. Saat umat nasrani Natalan, kita malah kunjungan di akhir tahun 2010 ini, dapat "special gift" malah, berupa ilmu dan pengalaman. Terima kasih banyak yang tidak terkira untuk teman2 dari Kalam 28 yang telah menydiakan waktunya, kesempatannya, dan sharing ilmunya.

Jaulah kita dibumbui dengan Sharing yang menjadikan pertemuan itu terasa keindahan khuwahnya. Dengan di navigasi oleh Ka Amin Ilyas, jaulah tersebut sedikit banyak menarik perhatian kita untuk belajar belajar tentang manajemen da'wah dan struktur organisasi dari KALAM 28 yang cukup rapih untuk perbaikan FIKRA23 kedepannya. Sejujurnya, kami sangat puas dengan Jaulah dan Sharing tersebut, membuka pikiran dan memberikan inspirasi tersendiri bagi kami, hingga akhirnya kami dapat menemukan benang merah yang menjadikan da'wah kami tersendat pada waktu sebelumnya.

Jaulah kemarin memberi kami banyak oleh2 yang ingin kami bagi pada teman2 alumni rohis 23 lainnya, pada alumni2 yang telah mempertahankan da'wah ini hingga payah, lelah, goyah & berdarah2. Jazakumullah Khairul Jaza kepada teman2 Kalam28 semuanya, semoga silaturrahim kemarin menjaga kita dalam kerangka tawasshul pada kebenaran dan kesabaran. Amiin


Jumat, 24 Desember 2010

Terbentur, Terbentur, dan TERBENTUK!

Kalimat diatas tidak sengaja ku dengar saat menyaksikan acara televisi di suatu malam. Terbentur, terbentur, dan terbentuk. Pepatah diatas diucapka oleh Tan Malaka, Pahlawan Nasional kita. Memulai tulisan ini di pagi hari, agar dapat meramaikan blog ROHIS  SMAN 23 tercinta.

Siapa yang pernah terbentur? Sakit tidak? terbentur biasanya oleh benda keras ya, seperti dinding, kayu atau logam. Kalau bagian tubuh kita terbentur, biasanya ada sedikit luka lecet atau patahan pada tulang yang terbentur. Seperti orang yang mengalami kecelakaan dijalan, apapun yang terbentur oleh aspal, pasti sakit bagian luar dan dalamnya, dan yang sangat dikhawatirkan adalah benturan pada bagian kepala kita, Na'udzubillah. Terus, kalo misalnya Handphone kita yang terbentur, atau jatuh secara tidak sengaja, atau juga sengaja, apa yang terjadi? hancur, kacanya pecah, LCD-nya rusak, atau apapun, dan harus diservis.

Siapa yang kesehariannya tidak pernah terbentur? boleh dibilang tidak ada ya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, sekolah, organisasi, dan sebagainya, pasti akan ada benturan. Benturan secara fisik ataupun secara nonfisik. Benturan dapat berupa permasalahan-permasalahan. Bedanya, benturan secara fisik itu sakit yang dirasakan secara langsung, berupa perih, dan kesudahannya mungkin ada bekas lecet, jahitan, atau operasi, sedangkan benturan dalam kehidupan kita sejatinya ingin membentuk diri kita menjadi lebih baik. Persamaannya, benturan-benturan itu sungguh menyakitkan, membutuhkan waktu kita untuk beristirahat agar cepat pulih, dan benturan itu mengganggu aktivitas kita, tapi sabar ya.

Benturan, atau permasalahan-permasalahan, yang membuat kita resah, khawatir, cemas, dan sebagainya, sejatinya adalah membentuk diri menjadi lebih baik. Bak sebuah gelas cantik yang terbuat dari tanah liat yang harus mengalami beberapa kali benturan atau pembentukkan, atau sebuah pedang yang harus beberapa kali pukulan baru dapat menghasilkan pedang yang tajam dan mengkilat, atau bangunan puluhan dan ratusan lantai yang harus ditanam dalam-dalam dengan beberapa kali pukulan agar menghasilkan bangunan yang tahan terhadap gempa dan bencana lainnya.

Seharusnya benturan itu membentuk diri, bukan malah melemahkan. Benturan-benturan itu mengajak kita untuk diam sejenak berkontemplasi, merenung tentang apa yang telah kita lakukan, adakah yang kurang tepat atau perlu ditingkatkan. Benturan mengajak kita berpikir sejenak mencari alternatif-alternatif cara untuk menyelesaikan masalah yang baru, dan agar kita lebih cerdas dari masalah kita.
wallahua'lam bisshawab.

SEPORSI CINTA?

Oleh : Laela Awalia 
  
Suatu malam, seorang teman mengirim pesan pendek pada saya yang sedang asyik bercengkrama dengan keyboard dan layar komputer. Dalam pesan pendeknya, ia menulis kata-kata yang tiba-tiba mampu menghentikan aktivitas saya dalam sejenak. Ia tak bertanya tentang PR-PR organisasi yang selama ini jadi menu sehari-hari kami. Ia pun tak bertanya tentang kabar kuliah atau kegiatan menulis saya. Ia hanya mengirim saya kata-kata ini.

"Cinta itu begitu luar biasa ya, mampu membuat kita tergugu dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah, cemas, juga doa-doa."

Lama saya tak membalas pesan pendeknya. Bukan karena malas, tapi saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar kecil itu. Adakah ia serius atau hanya ingin ‘perang' kata-kata dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak karena setelah itu kami terus saling berbalas pesan pendek.

"Tapi, cinta pun menyediakan air mata... Bagaimanapun, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanapun -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya kita dan Allah saja yang tahu."

"Cinta itu ibarat warna, jadi ketika kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita tak tahu cinta dengan warna apa dan seberapa kuat pendarnya menerangi hati kita. Ada orang yang menyadari warna cinta dan kuatnya pendar itu langsung ketika dekat dengan orang yang dicintai.ada juga yang baru sadar ketika orang tercinta telah pergi."

"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi dicintai terkadang bisa menyisakan satu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban agar tak melihat pendar kekecewaan pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang kita cintai kan!"

"Benarkah balasan cinta itu akan kita peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan..."

"Ya, itulah keajaiban sebuah cinta! Kita mungkin tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati. Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang mencintai kita setulus hati? Yah, pada akhirnya kita harus memilih. Tapi, yakinku hanya satu, bahwa cinta tetap indah pada akhirnya..."

"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya. Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang. Bukankah cinta butuh proses? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.'"

Pesan-pesan pendek itu menjadi smacam renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi di sisi lain, cinta bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai kadarnya.

Cinta memang sepatutnyalah bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepatutnyalah cinta diporsikan sesuai dengan kebutuhan dan hak sesorang atau Dzat yang memberi kita cinta. Jikalah ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikan Dzat pencipta cinta itu? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta?

dudung.net

Jumat, 17 Desember 2010

Maybe Not Now, But Later!



Maybe Not Now, But Later! Mungkin Tidak Sekarang, Tapi Boleh Jadi Esok...!

Bismillahirrahmanirrahim...
Segala puji bagi Allah yang senantiasa merindukan taubat hamba-hamba-Nya.
Saudaraku, Kakak2 Alumni Rohis SMAN 23, Para pengurus Rohis 23, dan adik2 Rohis kelas X yang dicintai Allah.

Saat kita disuguhkan atau ditawarkan segelas air putih oleh saudara kita, mungkin saat itu kita dapat menolaknya, walaupun mungkin juga kita menerimanya, tergantung kondisi tenggorokan kita saat itu. Kita menolaknya boleh jadi karena kita juga memiliki sebotol air minum dalam tas, atau kita sedang tidak haus, atau kita segan karena mungkin saudara kita itu lebih membutuhkannya, namun ia itsar kepada kita, atau mungkin juga segelas air putih tidak cukup menarik perhatian kita untuk meneguknya. Namun boleh jadi saudaraku, kita akan membutuhkannya esok kelak. Esok saat kita tidak mendapatkan air putih untuk diminum karena air mati atau gas mati, tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli segelas air putih, atau tidak ada penjual air putih di sekeliling kita, sehingga saat itu tenggorokan kita begitu kehausan, saat itulah kita akan menggenggam kuat sang gelas agar airnya tidak tumpah setetespun.

Saat Rasulullah SAW dilemparkan kotoran berkali-kali oleh seseorang yang sangat membencinya setiap Ia melewati sebuah blok jalan dekat rumahnya, sehingga membuat geram putri dan para sahabat-sahabatnya, namun di sebuah kesempatan saat orang yang selalu melempari kotoran pada Rasulullah itu jatuh sakit, Rasulullah adalah orang pertama kali menjenguknya. Anehnya, justru Rasulullah bertanya kemana orang yang "biasa" melempari kotoran kepadaku? Subhanallah! Dan orang itupun kemudian masuk islam. Dalam sebuah kesempatan, seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, kenapa Rasulullah tidak membalas kejahatan orang tersebut, bahkan malah menjenguknya, Rasulullah dengan bijaksana menjawab, "mungkin saat ini ia belum dapat menerima da'wah kita, namun boleh jadi esok...! atau mungkin keturunan-keturunannya kelak!" Masya Allah! siapa nama sahabat itu? silahkan temukan dalam buku shirah nabawiyah ya.

Tulisan ini sebenarnya untuk menyemangati diri dan menyemangati saudara-saudaraku yang terus berjuang dan bertahan dalam da'wah sekolah di almamater kita tercinta. Mungkin kita belum melihat semangat pembinaan, semangat mengikuti kegiatan-kegiatan rohis, semangat mendengarkan nasihat kebenaran dan kesabaran, semangat berda'wah, dan semangat memperjuangkan keindahan islam. Mungkin belum sekarang saudaraku! Mungkin mereka belum membutuhkan kita. Bukankah da'wah itu seperti menyuguhkan segelas air putih?  Siapakah orang yang lebih sabar antara yang menyuguhkan segelas air putih dengan orang yang sabar menolaknya? Ketika orang-orang yang menolak da'wah kita atau para penyeru-penyeru kejahiliyahan tetap sabar dan lebih berdedikasi dalam menghancurkan generasi-generasi muda islam, kenapa kita mudah lemah semangat?
Wallahua'lam bisshawab...

RENCANA TUHAN


Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang meyulam sehelai kain.
Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya,
apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang meyulam sesuatu di atas
sehelai kain.
Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah
benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, "Anakku,
lanjutkanlah permainanmu,
sementara ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan
kupanggil dan
kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari
atas."

Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu sembrawut
menurut pandanganku.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, "Anakku, mari ke
sini, dan duduklah di pangkuan ibu."
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah,
dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah
sekali.
Aku hampir tak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah
benang-benang ruwet.

Kemudian ibu berkata, "Anakku, dari bawah memang ruwet dan kacau,
tetapi engkau tidak menyadari bahwa dia atas kain ini sudah ada gambar yang
direncanakan, sebuah pola,
ibu hanya mengikutinya." "Sekarang, dengan melihatnya dari atas, kamu dapat
melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan."

Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada TUHAN,
"apa yang Engkau lakukan?"
Ia menjawab, "Aku sedang menyulam kehidupanmu." Dan aku membantah, "Tetapi
nampaknya hidup ini ruwet,
benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna
yang cerah?
Kemudian TUHAN menjawab, "kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga
menyelesaikan pekerjaan-Ku di bumi ini.
Suatu saat nanti Aku akan memanggilmu ke surga dan mendudukkan kamu di
pangkuan-Ku,
dan kamu akan melihat rencana-Ku yang indah dari sisi-Ku!"

SERING KALI KITA TIDAK MENGERTI APA YANG TUHAN INGINKAN DALAM HIDUP KITA ..
TAPI PERCAYALAH BAHWA SEMUA YANG TELAH DIA IJINKAN TERJADI DALAM HIDUP KITA
ADALAH YANG TERBAIK.

Salam Berkah !

(Satria Hadi Lubis)

Kamis, 16 Desember 2010

Untukmu Ibu


Dalam setiap irama tubuhmu kau selalu menyapa
Dalam kepenatan yang tak pernah terbisikkan kau selalu mendekap
Dalam kerinduan yang sangat kau tak pernah ingin lepas dariku


Usiaku kini telah berubah
Aku bukan lagi balita kecil
Kaulah yang telah membentuk jiwa mentah ini
Kaulah yang telah mengelola emosi labil ini
menjadi lokomotif kemajuan
Kaulah yang selalu memberiku keberuntungan
dengan nasihatmu kala malam telah larut
dan gerbang mimpi siap menghampiriku


Kala yang lain terlelap
Kutahu kau tak pernah terlena
Pikiran, hati, jiwa, dan emosiku selalu bekerja demi masa depanku
Kau selalu berpacu dengan waktu
Karena kau yakin, tanpa itu bisa jadi
aku terlindas oleh jaman yang semakin keras


Kaulah pengantar luasnya pengetahuanku
Kala wadah kosa kataku hanya bagai tetesan air
Kaulah yang memenuhinya hingga menjadi sebuah lautan
Kaulah bintang berkilauku
Yang tak akan pernah terlupakan
oleh rangkaian huruf cahaya sejarah peradaban manusia

Andai aku bisa, bunda
Kan kubalas segenap cinta dan kasihmu
Andai aku mampu, bunda
Kan kupersembahkan seterang kilauanmu,
sehangat dekapanmu, setulus kasihmu,
dan sebijak nasihatmu


Kutahu, bunda
Tanganmu tak pernah lepas berharap untukku
dalam setiap do’a yang kau panjatkan
Kutahu bunda
Senyummu selalu menyapa dalam setiap kata cinta
yang keluar dari lisanmu
Kutahu bunda
Mata hatimu selalu terjaga dalam setiap derapku


Ya Allah
Kutengadahkan tanganku berharap
kau membahagiakannya sepertiku kini
Ya Rabbi
Kumemohon berilah bunda mimpi yang selalu indah
Ya Rabbul Izzati
Kuberharap padaMu anugerahkan bunda kecupan hangat
Seperti yang selalu ia berikan padaku saat aku terbangun di pagi hari
Ya Illahi
Sejahterakanlah bunda


Bunda, pelangi dan matahariku
Hari ini kuhaturkan dengan tulus padamu

by: http://radensomad.com/puisi-ibu.html

Rahasia Ayyamul Bidh

Pernah denger puasa pertengahan bulan?
Yap! Puasa pertengahan bulan itu sering disebut dengan AYYAMUL BIDH.
Rasulullah selalu melaksanakan Ayamul Bidh setiap 3 hari pada tengah bulan, yaitu setiap tanggal 13, 14, dan 15 (pada bulan Hijriyah). Dalam sebuah riwayat disebutkan,
Ibnu Abbas ra. berkata : "Adalah Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan berpuasa pada hari putih (tanggal 13, 14, dan 15) baik dalam bepergian atau di rumah." (HR. Thabrani)

Dalam riwayat lain disebutkan pula,
Dari Abu Dzar ra. berkata, Rasulullah bersabda : "Jika kamu berpuasa tiga hari dari satu bulan maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15." (HR. Nasa', Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Apakah rahasia dari Ayamul Bidh ini sehingga Rasulullah tak pernah luput dari mengerjakannya?
Dan mengapa pula dianjurkan pada tanggal-tanggal itu?

Pernah dengar Dracula? Vampire? Atau kuntilanak?
Ya, semua hantu itu dikabarkan sering berkeliaran di malam hari khususnya ketika bulan purnama. Lho??? Apa hubungannya ayamul bidh dengan hantu dan bulan purnama?
Ya, kalo’ dengan hantunya sih nggak terlalu berhubungan, tapi, yaumul bidh berhubungan dengan bulan purnamanya.
Jadi, hubungannya apa?



Begini…, sudah kita ketahui bahwa pertengahan bulan Hijriah adalah waktu munculnya bulan purnama. Nah, saat bulan purnama bersinar (kayak lagu aja, hhihihi…), terjadilah yang namanya pasang air laut. Letak bulan yang dekat dengan bumi menyebabkan gaya grafitasi bulan mempengaruhi ketinggian air laut dimuka bumi, dan terjadilah pasang air laut.

Terus??
Ternyata, grafitasi dari bulan ini tak hanya mempengaruhi kondisi bumi (benda mati) tetapi juga benda hidup. Terutama manusia.
Lho? Kok bisa?
Seorang peneliti berkebangsaan Amerika pernah mengadakan penelitian mengenai kondisi kejiwaan manusia ketika terjadi bulan purnama. Penelitian itu menyimpulkan bahwa kondisi kejiwaan manusia saat bulan purnama cenderung lebih labil, emosional, dan tidak terkendali. Semua perasaan menjadi mudah membuncah dari dalam diri. Mudah marah, mudah tersinggung, mudah senang, mudah sedih, pokoknya semua sifat yang ada pada dirinya menjadi lebih mudah ter‘upload’ dari dirinya. Mungkin inilah salah satu penyebab banyak mitos dan film yang mengaitkan antara monster atau hantu dengan bulan purnama.

Coba kita perhatikan dua fenomena ini.
Puasa, pada dasarnya menuntun kita agar menundukkan nafsu kita. Ketika kita berpuasa, kita dituntut untuk dapat mengendalikan emosi kita dan menjaga syahwat kita.
Ketika ilmu sains modern mengungkapkan adanya kelabilan emosi manusia saat bulan purnama, Islam telah menganjurkan untuk melaksanakan puasa tepat saat munculnya sang bulan purnama. Islam telah memberi jalan pada umatnya agar tidak terkena pengaruh kelabilan emosi yang terjadi pada tanggal tersebut. Rasulullah menganjurkan kita berpuasa, agar hati kita selalu terjaga dari amarah, nafsu, dan segala sifat buruk lain yang cendrung lebih meluap pada saat itu dibanding saat-saat lainnya.
Subhanallah...

Inilah hikmah di balik sunnah.
Tak heran jika Rasul tak pernah meninggalkan ayamul bidh. Tak heran pula jika Rasulullah menganjurkan kita untuk berpuasa 3 hari setiap bulan, terutama pada pertengahan bulan. Ternyata anjuran tersebut memiliki rahasia yang tak disangka-sangka. Ternyata memang segala amalan yang dianjurkan dalam Islam ini selalu memiliki hikmah yang tersembunyi yang luar biasa dahsyatnya. Lalu, masihkan ragu dan malas-malasan melaksanakan perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah?

Sabtu, 11 Desember 2010

Puasa di Bulan Muharram

Puasa Aasyuura Tanggal 9 & 10 Muharram dan Keutamaannya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.“[1].


Hadits yang mulia ini menunjukkan dianjurkannya berpuasa pada bulan Muharram, bahkan puasa di bulan ini lebih utama dibandingkan bulan-bulan lainnya, setelah bulan Ramadhan[2].


Mutiara hikmah yang dapat kita petik dari hadits ini:
- Puasa yang paling utama dilakukan pada bulan Muharram adalah puasa ‘Aasyuura’shallallahu ‘alaihi wa sallamradhiyallahu ‘anhum untuk melakukannya[3], dan ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang keutamaannya beliau bersabda, (puasa pada tanggal 10 Muharram), karena Rasulullah melakukannya dan memerintahkan para sahabat

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di tahun yang lalu“[4].

- Lebih utama lagi jika puasa tanggal 10 Muharram digandengankan dengan puasa tanggal 9 Muharram, dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi dan Nashrani, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disampaikan kepada beliau bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari yang diagungkan orang-orang Yahudi dan Nashrani, maka beliau bersabda,


فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

Kalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram).” [5]

- Adapun hadits,
 

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً

Berpuasalah pada hari ‘Aasyuura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.“[6], maka hadits ini lemah sanadnya dan tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dianjurkannya berpuasa pada tanggal 11 Muharram[7].

- Sebagian ulama ada yang berpendapat di-makruh-kannya (tidak disukainya) berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, karena menyerupai orang-orang Yahudi, tapi ulama lain membolehkannya meskipun pahalanya tidak sesempurna jika digandengkan dengan puasa sehari sebelumnya[8].

- Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan puasa tanggal 10 Muharram adalah karena pada hari itulah Allah Ta’ala menyelamatkan Nabi Musa álaihis salam dan umatnya, serta menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya, maka Nabi  Musa ‘alaihis salam pun berpuasa pada hari itu sebagai rasa syukur kepada-Nya, dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu karena alasan ini, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 

فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ

Kita lebih berhak (untuk mengikuti) Nabi Musa ‘alaihis salam daripada mereka“[9]. 

Kemudian untuk menyelisihi perbuatan orang-orang Yahudi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk berpuasa tanggal 9 dan 10 Muharram[10]


- Hadits ini juga menunjukkan bahwa shalat malam adalah shalat yang paling besar keutamaannya setelah shalat wajib yang lima waktu[11].
***

Penulis: Ustadz Abdullah Taslim Al Buthoni, M.A.
Artikel www.muslim.or.id

Minggu, 05 Desember 2010

ROHIS SMAN 23 2009-2010

Jumat, 03 Desember 2010

Hijrah Yuk!



Hijrah koq ngajak2...? ya iyalah, kan biar rame, biar ada temen, biar ada ngingetin...! btw, apaan sih hijrah? apakah hijrah cuma ada pada zaman nabi aja? apakah saya yang biasa2 aja bisa ber-hijrah? yang pasti jawabannya adalah hijrah terjadi juga pada zaman kita dan siapapun kita dapat berhijrah!. Menjadi anak rohis sma negeri 23 pun salah satu bentuk hijrah.

Menyambut datangnya Tahun Baru Islam 1 Muharram 1432 H ada baiknya kita memaknai bersama makna perayaan Tahun Baru Islam tersebut. Oya, Tahun Baru Hijriyah diawali pas Rasulullah dan para Sahabatnya berhijrah ke Madinah.

Sepengetahuan kita semua, berapa kali sih terjadi peristiwa Hijrah itu pada Masa Kenabian Muhammad SAW? satu, dua atau tiga? Benar, Hijrah pada masa itu terjadi sebanyak tiga kali, yang pertama hijrah ke Habasyah (Rasulullah tidak ikut serta, hanya para Sahabat), yang kedua ke Thaif (Rasulullah dan asistennya saja, tanpa para sahabat) dan terakhir ke Madinah (Rasulullah dan para Sahabat). Kalau penasaran jawabannya, buka aja buku Shirah Nabawiyah ya, karangan Ramdhan Al-buthy, trus kalo belum punya, pinjam aja sama kakak2 alumninya.

Hijrah itu sama seperti moving atau bergerak atau berpindah. Shalawat dan Salam bagi Nabi kita, sosok yang teramat tangguh dalam berhijrah dan sangat istiqomah dengan hijrahnya. Sejujurnya, rasanya kita harus semakin bangga menjadi seorang muslim dan menampilkan keislaman kita. hal ini dapat kita lihat pada dasar dalam penanggalan hijriah atau Tahun Baru Islam, berbeda dengan sistem penanggalan Masehi yang kita pakai saat ini, dasarnya adalah kelahiran kristus atau Isa Al-Masih (Masehi), hanya saja semoga penanggalan hijriah dapat menjadi penanggalan dunia menggantikan penanggalan Masehi,,,amiin.

Pada momen yang sangat berharga ini, mari bersama kita berintrospeksi diri dan menjadikan momen hijrah ini sebagai langkah awal kita untuk berubah. Tahapan dalam hijrah itu ada 3, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yaitu Iman, Hijrah dan Jihad. Kenapa kita harus beriman dulu sebelum berhijrah? apakah kita sudah beriman kepada Allah? atau kita baru berislam? semoga Allah beri kita kesempatan untuk menunjukkan kesungguhan kita beriman kepada-Nya, amiin. Setelah kita beriman, baru kita dapat berhijrah, hijrah atau metamorfosis (seperti rencana tema Tafakur Alam tahun 2010 ini), minadzdzulumati ilannuur, hijrah dari kondisi yang jahil kepada cahaya islam, hijrah dari keraguan kepada keyakinan, hijrah dari keputusasaan kepada semangat, hijrah dari sekedar berkata menjadi beramal atau action!, dan sebagainya. Setelah berhijrah Allah anjurkan kita juga untuk bersungguh-sungguh atau berjihad dengan hijrah kita tersebut. Hijrah tanpa kesungguhan atau keistiqomahan seperti orang main skipping, loncat ke atas dan balik ke titik semula, atau balik pada keadaan semula. Selayaknya hijrah seperti orang hiking, atau mendaki...tapi jangan mendaki gunung merapi atau bromo ya, karena statusnya masih siaga atau awas. Hijrah seperti climber, menjadikan pribadi kita untuk terus dan terus memperbaiki diri tanpa henti. Tidak peduli seberapa gagal kita berusaha untuk memperbaiki diri dihadapan Allah, namun saat kita terus bertahan dalam kesungguhan kita, saat itulah posisi hati kita kepada Allah senantiasa dalam keadaan terbaik. Wallahua'lam bisshawab.

Manis-Pahitnya Dakwah

Kamu jadi aktivis rohis? Berbahagialah, karena kamu udah peduli dengan nasib dirimu, dan juga kawanmu. Maklumlah, anak rohis kan identik banget dengan kegiatan keislaman. Bahkan jadi ciri khas bahwa anak rohis adalah anak-anak yang hobinya ‘nyeramahin’ anak lain. Tapi jangan salah lho, bukan berarti aktivitas itu tanpa risiko. Ada aja risiko yang kudu kamu tanggung. Bahkan mungkin kudu dibayar mahal. Bener. Maka jangan kaget kalo anak rohis, selain banyak temannya, juga nggak sedikit ‘musuh’nya.

Sobat muda muslim, sebenarnya aktivitas dakwah nggak dibebankan kepada anak-anak yang udah biasa ngetem di masjid aja. Anak-anak lain, asal dia muslim or muslimah, juga punya tanggung jawab yang sama untuk mengingatkan teman lain kalo berbuat maksiat. Pendek kata, kamu yang bukan anak rohis pun, punya juga kewajiban menyampaikan Islam kepada siapa saja. Itu artinya, dakwah emang bukan spesialis anak rohis aja. Semua orang bisa dan bahkan kudu bin wajib melakukan dakwah. Nggak dikavling-kavling tugasnya.

Kadang bagi sebagian remaja, mengingatkan teman yang berbuat maksiat gampang-gampang susah (atau susah-susah gampang kali yee..?). Yup, dua-duanya juga bener. Begini, dibilang gampang, emang gampang. Kita tinggal ngomong atau sekadar nulis apa yang kita nggak suka terhadap apa yang dilakukan sebagian teman-teman kita. Beres kan? Tapi kadang susah juga buat sebagian teman kita. Apa susahnya? Pas mau ngomong ngingetin teman, suka nggak enak, sungkan, dan seabreg kendala teknis lainnya. Nha lho, ati-ati tuh!

Kalo susah-susah gampang gimana? Begini, sebagian dari kita kadang susah banget untuk menjalani aktivitas ini. Masih ngukur-ngukur diri. Katanya sih, belum layak kalo harus ngingetin orang, sementara dirinya merasa masih belepotan dosa. Hmm… padahal, apa susahnya cuma ngingetin. Iya nggak? Lagian, dengan begitu kita jadi punya tanggung jawab moral. Sedikit demi sedikit bakalan tumbuh juga kan sikap ingin menyesuaikan dengan apa yang kita ucapkan. Betul? Yakin itu. Jadi ternyata gampang juga kan? He..he. udah deh, kita nggak usah ngeributan istilah gampang-gampang susah dan susah-susah gampang. Nyang penting jalanin aja deh aktivitas mulia ini.

Seperti sekarang nih, maksiat kian merajalela. Media massa cetak dan elektronik getol ikut membantu mensyiarkan kemaksiatan. Hasilnya? Kita semua dikepung dari berbagai arah penjuru angin. Nyaris nggak bisa bernafas. Semua media seperti seragam; memberi menu pornografi, kekerasan, dan juga seks. Kalo pun ada media Islam, ‘sinyal’nya nggak begitu kuat untuk mengalahkan dominasi bacaan dan tayangan yang mengabaikan aspek moral dan ajaran agama. Menyedihkan.

Itu sebabnya, peran kita dalam dakwah juga harus terus diaktifkan. Nggak kenal lelah, pantang menyerah. Maju terus pantang mundur. Nyalakan terus semangat di jiwa kita. Dakwah adalah jalan yang harus kita tempuh, apa pun risikonya. Sebab, tanpa dakwah, kemaksiatan ini makin membudaya dan orang yang bermaksiat kian merasa aman. Betul?
Aktivitas yang mulia
Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek bebek sama dakwah berarti bukan mukmin sejati. Bener, lho. Apa iya kamu tega kalo ada teman kamu yang berbuat maksiat kamu diemin aja?
Bahkan Allah memuji aktivitas mulia ini dalam firman-Nya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim" (QS Fushshilat [41]: 33)

Dalam ayat lain Allah memerintahkan kepada umatnya untuk berdakwah. Seperti dalam firman-Nya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl [16]: 125)

Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga dunia. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Kamu tahu, ketika kita belajar ilmu bumi, disebutkan bahwa dunia ini terdiri dari sepertiga daratan dan dua pertiga lautan. Wah, hebat juga ya para pendahulu kita? Betul, sebab mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid” di bumi ini. Sesuai dengan seruan Allah: “Dan perangilah mereka itu, hingga tidak ada fitnah lagi dan (hingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (al-Baqarah [2]: 193)

Kini, di jaman yang udah jauh berubah ketimbang di “jaman onta”, arus informasi makin sulit dikontrol. Internet, misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Celakanya, ternyata kita kudu ngurut dada lama-lama, bahwa kenyataan yang harus kita hadapi dan rasakan adalah lunturnya nilai-nilai ajaran Islam kita. Tentu ini akibat informasi rusak yang telah meracuni pikiran dan perasaan kita. Utamanya remaja Muslim. Kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam rayuan maut peradaban rusak itu; seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas. Walhasil, amburadul deh!

Sobat muda muslim, Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk membangun kembali dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada partisipasi kita dalam dakwah ini.

Coba, apa kamu nggak risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja? Apa kamu nggak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas pelajar yang makin meroket? Apa kamu nggak kesel ngeliat tingkah remaja yang hidupnya nggak dilandasi dengan ajaran Islam? Seharusnya masalah-masalah model beginilah yang menjadi persoalan kita siang dan malam. Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat pikiran dan perasaan kita nggak tenang kalo belum berbuat untuk menyadarkan mereka.

Itu sebabnya, kita kudu melakukan aktivitas mulia ini, sebagai bukti kasih sayang kita kepada saudara yang lain. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya.

Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)

Untuk ke arah sana, tentu membutuhkan kerjasama yang solid di antara kita. Sebab, kita menyadari bahwa kita bukanlah Superman atawa Rambo yang bisa melakukan aksi menumpas kejahatan hanya dengan seorang diri. Kalo kita ingin cepat membereskan berbagai persoalan tentu butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita kudu disatukan dengan ikatan akidah Islam yang lurus dan benar. Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah di antaranya kenapa kita wajib berdakwah.
Subur dengan cobaan
Sobat muda muslim, aktivitas mulia ini ternyata kudu berhadapan dengan segala risiko. Risiko yang nggak jarang bikin kita sebagian dari kita berguguran di tengah jalan. Nggak kuat nahan bebannya. Itu sebabnya, kesabaran dan keimanan yang mantep sangat dibutuhkan dalam mengarungi medan dakwah ini. Para pendahulu kita juga pernah mengalami hal demikian. Allah Swt. mengabadikannya dalam al-Quran: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS al-Baqarah [2]: 214)

Coba, gimana menderitanya Amar bin Yasir yang disiksa oleh para pembesar Quraisy ketika awal-awal Islam berkembang di kota Mekkah. Nggak hanya itu, beliau harus rela menyaksikan kedua ortunya gugur sebagai syuhada di depan mata kepalanya sendiri. Kita juga bisa meneladani bagaimana pula pengorbanan Bilal bin Rabbah yang rela dijemur di siang hari yang panas dan tubuhnya ditindih batu, sementara pasir di bawahnya terasa membakar kulitnya. Tapi, subhanallah, Bilal sanggup melewatinya dengan kesabaran dan keimanan yang tetap menancap di hatinya.

Boleh dibilang, di balik manisnya aktivitas dakwah, ternyata menyimpan rasa pahit yang amat sangat. Tapi ini sebuah pilihan. Dan setiap pilihan ada risikonya. Rasulullah saw. pun pernah berkata kepada pamannya, pada saat ia meminta beliau untuk mengurangi kegiatan dakwahnya,: “(Paman), demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan (dakwah) ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan agama ini atau aku hancur karenanya.” (dalam Sirah Ibnu Hisyam)

Kontan aja berbagai penyiksaan dialami para sahabatnya. Pembesar Quraisy sendiri bahkan sempat akan membunuh Muhammad. Berat juga emang. Ya, begitulah, menyampaikan kebenaran Islam kepada mereka yang mulai pudar dengan Islamnya, apalagi yang membenci Islam, akan ada aja gesekannya. Maklumlah, seperti kata pepatah “bagi mereka yang sudah terbiasa dengan kegelapan, cahaya terang memang menyilaukan”. Pantes aja kalo kita ngasih tahu sama mereka yang masih doyan maksiat, suka reaktif. Langsung kaget dan mungkin menyerang kita, dari yang sekadar umpatan sampe pukulan.

Padahal, maksud kita juga adalah menolongnya. Sekadar mengingatkannya. Dan itu bukan berarti kita udah benar en suci. Sangat boleh jadi kita juga masih perlu belajar banyak. Ya, kita sama-sama aja jalan ke arah kebaikan. Kata Kahlil Gibran, “Engkau buta, sedangkan aku bisu tuli. Jadi mari berpegangan agar mengerti” Tul nggak?

Kesabaran dan istiqomah juga harus dimiliki setiap pegiat dakwah. Bahkan itu akan menjadi penghibur kita di kala sedih. Biarlah sekarang kita dbilangin sok tahu, mau menang sendiri, sok suci, tukang kritik orang, fanatik, fundamentalis. Meski semua itu juga nggak benar, cuma anggapan mereka yang nggak suka aja sama aktivitas dakwah. Kita nggak gentar, karena Allah menjanjikan kenikmatan dalam bentuk lain. Firman Allah Swt.:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS Fushilat [41]: 30)

Oke deh, nyalakan terus semangatmu untuk berdakwah. Apa pun yang bakal terjadi. Ini pilihan hidup kita. Jalan yang insya Allah bisa mengantarkan kebangkitan Islam dan umatnya. Tetep semangat sobat!?

Ikhwan harus BERANI...!!

Tayangan televisi yang menguji keberanian kian menjamur menghibur pemirsa. Reality show ‘Tantangan', ‘Berani Donk', ‘Nekatz', atau ‘Fear Factor' begitu menarik perha-tian. Buktinya antusias masyarakat untuk ikut ambil bagian membludak. Udah ditonton banyak orang, diliput, dapet duit lagi. Meski tantangan-nya agak-agak gokil tetep aja sang kontestan yang didominasi cowok pantang mundur. Disuruh makan cacing, dibotakin kepalanya, atau berjalan di atas seutas tali yang meng-hubungkan dua gedung bertingkat juga nggak masalah. Hmm…bidikan produser acara emang tepat. Siapa yang nggak mau nunjukkin keberaniannya. Apalagi remaja cowok. Bener?

Sebagai cowok pasti mokal (baca: malu) dong kalo dikatain chicken alias penakut. Masa' mau disamain ama Scooby Doo en Shaggy . Makanya banyak remaja cowok yang berusaha nunjukkin kalo doi pemberani dan suka tan-tangan. Apalagi pas lagi ada demenannya. Udah deh, lagaknya bak pahlawan bertopeng pembela kebenaran. Nggak cuma di mulut bilang berani, mereka juga unjuk gigi (Mandra kaleee…).

Ada yang doyan kebut-kebutan motor atau mobil di jalanan. Berisiko tinggi dan dijamin nggak malu-maluin kalo balapan ama bajaj Bajuri. Ada yang berlaga jadi bad boy alias co-wok badung. Dandanan sekenanya dengan rambut acak-acakan, baju untouchable by water (nggak pernah dicuci) selama seminggu, plus tindikan anting di hidung dan kuping.

Hobinya juga bolos, berantem, tawuran, sampe nge- drugs . Ada juga yang hobinya hiking, camping, atau travelling dengan modal seadanya. Ikat kepala, sandal jepit, serta tas ransel yang dihiasi cerek atau panci. Biar lebih menantang mereka berjalan kaki. Meski kadang-kadang nebeng di mobil bak terbuka atau truk yang berhasil mereka boikot di tengah jalan. Nestapa banget deh keliatannya. Persis kayak peserta training hidup sengsara . Hihihi…..(emang ada?)

BTW, ternyata nggak semua cowok pem-berani, macho, atau maskulin. Ada juga lho yang kadar keberaniannya masih di bawah 4,0 meski udah dikonversi (emangnya nilai UAN?). Nggak berani terima tantangan, apalagi sampe adu fisik. Malah cenderung cantik dan feminin. Body boleh atletis, tapi wajahnya itu seram alias sen-yum ramah. Perilaku dan tutur bahasanya luwes binti kemayu. Gayanya malah gagah gemulai. Bawaannya juga nggak jauh dari tas tangan, kipas, plus kosmetik. Sebangsanya ‘Somad' dalam ‘Cintaku di Rumah Susun' gitu deh.

Selain kedua tipe di atas, ada juga cowok yang biasa. Banyak malah. Biasa berantem, biasa kebut-kebutan, biasa tampil cantik, biasa ngegosip dll. Hehehe…becanda dink. Maksudnya cewek banget juga nggak, tapi doi kagak berani nerima tantangan. Datar-datar aja hidupnya. Kayak kubangan air diselokan yang mampet. Seolah nggak ada keinginan untuk selangkah lebih maju atau menggali potensi diri. Cowok kayak gini yang patut dipaksa jadi peserta Fear Factor atau boleh juga ngikut acara “Tan-tangan” . Betul ? Betuuuul...! Makasih. Hehehe..

Berani terima tantangan

Sobat muda muslim, tantangan (bukan acara TV lho) udah jadi bagian yang terpisahkan dalam hidup kita (ciee… berlagak jadi pujangga nih ceritanya). Sama nasibnya dengan oksigen yang tiap hari kita hirup. Tiap orang pasti punya masalah dan tantangan yang kudu diatasi. Kalo ada yang sok bilang nggak punya masalah, itu berarti masalah buat dia. Tapi bukan berarti kita nyari masalah. Bisa urusan ama aparat entar. Berabe dong.

Maksudnya, tanpa kesulitan, kita nggak akan mengenal kenikmatan, apalagi menikmatinya. Nikmatnya sembuh pasti karena kita pernah merasakan nggak enaknya sakit yang serba kesulitan. Setiap rintangan yang berhasil diatasi, bakal bikin kita lebih kuat. Punya pengalaman biar nggak terulang. Setiap tantangan yang dilewati, mengizinkan kita untuk tersenyum bahagia. Tantangan juga bikin hidup lebih dinamis dengan turut membantu menggali potensi diri kita. Coba bayangin, betapa garing hidup kita jika segala sesuatu yang kita inginkan gampang banget didapetin (emangnya kantung ajaib Doraemon?)

Itu sebabnya, udah sepatutnya kita tumbuhkan sikap berani. Berani hadapi tantangan hidup dan segala risiko dari keputusan yang diambil. Kita nggak perlu ngabisin tenaga buat lari dari masalah. Kecuali jika kita nggak tengsin dibilang pecundang sejati. Karena masalah menghampiri kita untuk diatasi, bukan dihindari.

Tapi perlu hati-hati, jangan sampe keliru. Sikap berani laen ama nekatz (pake ‘z' biar sangar). Jelas banget bedanya. Kalo berani, biasanya sudah diperhitungkan dan penuh perencanaan. Kita udah punya bekal buat ngadepin segala risiko yang bakal terjadi. Tapi kalo nekatz cenderung sembrono. Bisa dibilang nggak ada perencanaan. Apalagi persiapan untuk ngadepin kejadian-kejadian berikutnya. Bisa kacau-balau deh urusannya.

Terutama buat remaja cowok, sifat berani tanpa dibumbui nekat seperti yang udah diuraikan di atas nggak boleh lepas dari dirinya. Wajib nempel kayak perangko. Kalo perlu pake BB Harum Sari. Soalnya kelak banyak tanggung jawab yang mangkal di pundak mereka. Kalo udah waktunya, kita bakal jadi kepala keluarga boo. Untuk saat ini, kita bisa ambil bagian dalam melin-dungi keluarga, adik, kakak, atau ibu. Minimal jadi pemain ca-dangan buat ayah kalo se-waktu-waktu beliau cedera atau terkena kartu merah. Maka-nya dari sekarang, asah deh tuh sikap anticengeng dan pan-tang menyerah. Biar pantas menyan-dang julukan pejantan tangguh. Yoi nggak Coy?

Dalam dakwah pun kita berani

Sebagai muslim, pasti julukan pejantan tangguh itu akan sejajar dengan paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, pemimpin para syuhada. Kok bisa? Kenapa nggak, kita kudu berani terjun ke dunia dakwah dan meneladani beliau. Berani mengatakan terikat dengan aturan Allah dalam setiap perbuatan itu wajib dan sekularisme itu haram. Meski ada sebagian masyarakat atau penguasa yang merasa risih dengan pendapat ini. Pokoknya tetep maju pantang ngacir.

Terjun ke dunia dakwah belom komplit tanpa dilengkapi keberanian menghadapi risiko dakwah. Sebab di sana banyak berkeliaran tantangan yang acapkali bisa melemahkan semangat dakwah kita. Ngadepin omongan orang yang sinis, mencemooh, sampe yang tega menyerang secara fisik. Makanya kita juga kudu siap pasang badan. Kalo perlu ikut bela diri semacam capoera yang lagi digandrungi remaja. Tapi nggak usah kuatir. Risiko apa pun yang menghadang kita dalam dakwah itu akan menjadi penolong kita untuk dapetin ridho Allah. Setiap harta, tenaga, pikiran, dan waktu yang dikorbankan akan bernilai guede buanget di hadapan Allah. Mau dong?

Sobat muda muslim, kudu digaris bawahi plus dipertebal pake stabilo, dakwah nggak ada hubungannya dengan mendekatnya ajal, seretnya rizki, atau menjauhnya jodoh. Yang ada justru Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, meluaskan rizkinya, dan menjanjikan pasangan hidup yang baik plus bertakwa bagi orang-orang yang selalu berusaha terikat dengan aturan-Nya. Pengemban dakwah yang istiqomah masuk dalam kategori ini. Catet tuh!

Allah swt. Befirman: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan ‘Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Jangan-lah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalam-nya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.” (QS al-Fushilat [41]: 30-31)

Jadi pemberani sejati

Sobat muda muslim, pernah denger sahabat Rasulullah saw. yang bernama Abdullah bin Rawahah? Kalo belum, kamu wajib tahu. Soalnya dialah sosok pemberani yang mengobarkan se-mangat 3000 pasukan kaum muslimin yang mulai ketar-ketir ngadepin 200.000 pasukan ga-bungan Romawi pada saat perang Mu'tah.

Beliau bilang: “ Wahai kaum Muslimin, sesung-guhnya yang hendak kalian hindari (perang ini) justru adalah jalan mencari sya-hadah (mati syahid), kita tidak memerangi manusia dengan jumlah personil, juga tidak memerangi mereka dengan kekuatan dan banyaknya pasukan yang kita miliki, kita tidak memerangi mereka melainkan dengan agama yang dengannya Allah telah memuliakan kita. Maka berangkatlah, sesungguhnya hasil dari perang ini hanyalah satu di antara dua kebaikan. Menang atau mati syahid!” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an- Nihayah , Juz III/428)

Dalam hal pengorbanan kepentingan pribadi demi Allah, kita bisa mencontoh figur Sa'di bin Amir yang diprotes sang istri karena besarnya infaq yang dikeluarkannya di jalan Allah. beliau berkata: “Ketahuilah bahwa di dalam surga banyak terdapat bidadari yang cantik-cantik selain keindahan-keindahan yang mengagumkan, yang jika satu saja di antara mereka menampakkan wajahnya di muka bumi, niscaya akan menerangi semua yang ada. Sungguh kekuatan cahayanya sama dengan kekuatan cahaya matahari yang digabungkan dengan bulan sekaligus. Maka mengorbankan dirimu untuk mendapatkan mereka tentu lebih wajar dan lebih utama daripada aku mengor-bankan mereka demi dirimu.”

Nah sobat, keberanian yang ditunjukkan Abdullah bin Rawahah atau Sa'di bin Amir cuma sebagian aja dari banyaknya kisah keberanian para sahabat. Kita dan mereka sama-sama muslim. Karena itu kita juga bisa seperti mereka. Untuk itu, berikut kita kasih beberapa tips yang mungkin bisa membantu menum-buhkan keberanian sejati dalam diri kita:

(a). Pelajari makna hidup ini (untuk apa kita hidup). Buat kita, tentu tujuan hidup udah jelas. Hidup mulia, wafat masuk syurga. Ini bisa didapetin kalo memahami Islam ideologis. Sudah terbukti, sudah teruji, bikin orang jadi berani.

(b). Anggap yang lain sama seperti kita, meski tetap hormati dan hargai kelebihan masing-masing. Jadi nggak ngeper duluan lihat orang lain. Karena sama-sama makhluk ciptaan Allah yang lemah. Bedanya, Allah Maha Kuasa akan selalu bersama kita saat kita berani istiqomah dengan aturan-Nya.

(c). Percaya diri. Ini penting banget. Karena Allah nggak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan kita sebagai manusia. Karena itu kita yakin pasti bisa menjadi pengemban dakwah yang istiqomah.

(d). Jalan yang kita tempuh adalah kebenaran. Iya dong. Masa masih ragu dengan aturan Allah yang benar, mulia, dan sempurna?

(e). Sering membaca biografi orang yang terkenal berani. Jangan sampe kelewat. Biar bisa jadi motivasi sekaligus meneguhkan keyakinan kalo istiqomah itu bukan impian, tapi kenyataan yang bisa diusahakan dan diwujudkan.
Oke deh sobat, semoga tips di atas bisa banyak membantu. Buat semuanya, mari kita bangkit menghadapi tantangan pahit. Agar hidup kita terasa manis. Buat remaja cowok, tanamkan dalam diri kita prinsip, “berani karena benar.” Bukan karena dibayar. Ini baru pejantan tangguh nan syar'i . Tetep berani dan istiqomah! Allahu Akbar!

http://rohis.org/ written by ASM

Rabu, 01 Desember 2010

Cinta Tanpa Koma

Bicara tentang cinta pasti nggak pernah ada habisnya. Akan selalu ada cerita. Beragam cerita tentang berbagai versi cinta di dalamnya. Cerita bahagia. Cerita sedih. Cerita tentang kemarahan. Cerita tentang kerinduan. Cinta kepada orang tua. Cinta kepada sahabat. Cinta kepada saudara. Cinta kepada kekasih. Cinta kepada kekuasaan. Cinta kepada kekayaan.

Tapi, adakah cinta sejati di antara semua itu? Cinta yang dapat membuat pengorbanan dilakukan tanpa penyesalan. Cinta yang mampu melahirkan sejatinya kebahagiaan. amai orang berlomba mencari cinta yang sesungguhnya. Mereka mencari, kita mencari, menapaki jalannya masing-masing dengan caranya sendiri. Ada yang dengan memperturutkan hawa nafsu, menjadikan diri sendiri sebagai satu-satunya penentu. Sehingga tidak heran bertebaranlah cinta rela mati ala Romeo dan Juliet atau ala Jack ‘n Rose. Sehingga lahirlah perayaan berhala cinta ala Juno Februata atau ala Dewa Zeus dan Hera. Cinta liar. Cinta tanpa akal. Cinta tanpa perenungan. Lalu bagi kita, cinta sejati seperti apakah yang akan kita perjuangkan? Cinta sejati seperti apakah yang layak kita miliki dan bagi?

Cinta sejati yang terabai
Manusia ada karena diciptakan oleh Sang Penguasa Alam Semesta, Allah Swt. Allah telah ciptakan manusia dengan rasa butuh. Manusia membutuhkan makanan-minuman, pakaian dan tempat tinggal untuk bisa tetap menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan perlindungan untuk bisa hidup dengan aman. Manusia membutuhkan pendidikan agar mampu berkembang.

Allah ciptakan manusia dengan kemampuan merasa: haru, marah, suka, takut, sedih, takjub, kecewa, cinta. Sehingga hidupnya bisa dijalani dengan lebih berwarna.
Allah ciptakan manusia dengan menyediakan segala isi bumi dan langit diperuntukkan bagi manusia. Allah curahkan air dari langit sebagai penyubur tanaman. Allah ciptakan laut dan sungai beserta makhluk di dalamnya. Allah telah ciptakan padang rumput untuk manusia bisa gembalakan hewan ternak bagi kepentingannya. Allah telah ciptakan pepohonan sehingga manusia bisa berteduh dan membuat tempat tinggal.

Allah telah ciptakan padi, gandum, jagung, ketela untuk mengenyangkan perut manusia. Allah telah ciptakan api dan barang tambang sehingga manusia bisa hidup lebih nyaman. Air, api, udara, tanah, Allah sudah serahkan semuanya bagi manusia. Allah telah hadirkan akal pada manusia sehingga mampu selalu memajukan hidupnya. Dan itu yang teristimewa. Namun, apa yang telah manusia perbuat untuk membalas cintaNya?

Cinta Allah dibalas dengan pendustaan terhadap perintah dan laranganNya. Cinta Allah dibalas dengan penolakan untuk berhukum berdasarkan aturanNya. Yang halal tidak dipedulikan! Yang haram dilanggar! Cinta Allah dibalas dengan pelalaian, pembohongan, dan keengganan untuk taat sepenuhnya, untuk mengabdi sepenuh jiwa. Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. hanya dipakai sesekali, tidak untuk dikaji lagi dan ditaati. Ironis. Miris.

Cinta sejati tak akan pernah menyakiti
Cinta Allah kepada makhlukNya adalah ampunan dan nikmatNya atas mereka, dengan rahmat dan ampunanNya, serta pujian yang baik kepada mereka. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala, dan ampunan bagi mereka (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, hlm.: 42)

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari hadist Anas bin Malik r.a. Dia berkata: “Rasulullah saw bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya. Dia berfirman : ‘….Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk memandang. Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang. Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. DenganKu ia mendengar, denganKu dia memandang, denganKu dia memegang, denganKu dia berjalan. Seandainya ia meminta kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberikan kepadanya permintaanya, dan seandainya dia berlindung kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya….”

Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:”Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kukufuran sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke Neraka.” (Mutafaq ‘alaih)

Indah. Teramat indah cinta yang Allah Swt. anugerahkan kepada manusia. Cinta yang melebihi cinta semua makhluk di seluruh jagad raya. Kalau kita membalas cinta itu dengan tulus dijamin tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan, bahkan balasannya melebihi apa yang kita mampu perkirakan.
Itulah cinta Allah, cinta sejati. Cinta yang nggak akan pernah menyakiti.

Cinta tanpa koma
Cinta Allah bagi para hambaNya sudah sangat jelas tidak akan pernah lekang oleh jaman. Nggak pernah habis digerus kondisi, situasi, dan waktu. Lalu bagaimana sebaliknya? Balasan seperti apa yang sepatutnya kita persembahkan bagi Allah? Pastinya cinta haruslah dibalas dengan cinta. Cinta yang seperti apa? Al Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridlo terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw.”

Di sebuah kisah, Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka. Rasulullah segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” Allah Ta'ala, pun membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadits Qudsi, “SurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surgaKu itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” (Sabili No.09 Th.X)

Cinta kita kepada Allah akan mampu membuat kita rela berkorban apa saja demi Dia, membuat kita akan terus mengingatNya, tunduk terhadap segala tuntunanNya, dan bersabar atas segala ujian dariNya. Tanpa kita was-was kalau cinta kita tidak berbalas. Allah sendiri yang menjanjikan seperti yang termaktub dalam hadist Qudsi di atas. Surga. Memang akan selalu muncul rintangan di tengah perjalanan. Akan ada jalan terjal menuju ke sana. Namun Allah sudah pastikan surga itu nyata ada buat kita.

Cinta kepada Allah memang harus diletakkan di atas segalanya. Namun, bukan berarti cinta kita kepada manusia yang lain tersingkirkan. Cinta seperti itu seharusnya tetap ada dan memang akan terus ada karena secara alami Allah telah ciptakan bagi kita. Namun, harus dipastikan bahwa iman yang menjadi satu-satunya sandaran. Sandaran bagi cinta. Sandaran bagi benci kita.

Allah berfirman dalam hadist Qudsi:”KecintaanKu pasti akan diberikan kepada orang-orang yang saling mencintai karenaKu. KecintaanKu berhak diperoleh oleh orang-orang yang saling mengunjungi karenaKu. Kecintaanku berhak diperoleh olah orang yang saling memberi karenaKu. KecintaanKu berhak diperoleh oleh orang yang saling menjalin persaudaraan karenaKu.”

Keindahan cinta seperti itu pernah ditunjukkan oleh Suhail bin Amr, Ikrimah bin Jahal, dan Al Harist bin Hisyam. Ketiganya adalah syuhada di Perang Yarmuk tahun 15 H. Saat itu mereka bertiga mengalami dahaga yang luar biasa. Para sahabat yang mengetahui itu segera membawakan air kepada Ikrimah. Namun Ikrimah menolak karena dia melihat Suhail merasakan yang sama. Ikrimah meminta para sahabat memberikan air itu kepada Suhail. Rasa haus sudah mencengkeram kerongkongan, namun di titik nafas penghabisan itu Suhail melihat Al-Harits bin Hisyam juga sedang kehausan. Dia meminta air itu diberikan kepada Al Harits. Ketika air itu tiba, ternyata Al Harits sudah tiada. Air itu segera dibawa ke Ikrimah kembali, ternyata dia pun sudah tidak bernafas lagi. Sahabat langsung membawakan air kepada Suhail, ternyata kondisi Suhail pun sama, sudah gugur menjadi syuhada. Akhirnya mereka bertiga syahid dalam pengorbanan dan kesetiaan kepada saudara seiman, seakidah, dan tentunya wafat dalam berjuang di jalan Allah, jihad fisabilillah.

Jangan sampai iman pudar lalu hawa nafsu yang menang. Ketika itu yang terjadi maka cinta Allah yang agung tidak akan pernah bisa diindera, dirasa. Cinta antar manusia pun hanya akan berbuah malapetaka. Keinginan kita menuju surgaNya akan sirna.
“Betapa buruk pemuda yang memiliki budi pekerti

dipaksa mengorbankan adab karena nafsu diri
kehinaan didatangi padahal ia mengetahuinya
kehormatannya terkoyak dan kehinaan dijaga
kesadarannya bangkit tatkala dia jatuh terjerembab
dia menangis tatkala tak mampu lagi bangkit” (Syair Abu Bulaf al-Ajly)

Bro en Sis, Allah Swt. masih memberikan kesempatan bagi kita untuk mencintaiNya dan kita masih memiliki peluang untuk menerima curahan kasih sayangNya. Lalu mengapa kita tidak berusaha mewujudkan itu pada diri kita? Jangan sampai ada rasa sesal di kemudian hari karena kesempatan yang berharga telah hilang dari diri.
Cinta Allah akan senantiasa mengalir bagi para hambaNya. Siang. Malam. Saat manusia terjaga. Saat manusia terlelap. Ketika manusia ingat. Ketika manusia khilaf. Tiap detik helaan nafas. Tiap hentakan langkah yang kita buat. Tiap waktu cinta Allah hadir selalu. Cinta tanpa titik akhir. Tanpa jeda. Cinta tanpa koma. Kita pun wajib membalasnya dengan upaya sekuat tenaga untuk memgkokohkan iman, memelihara perjuangan, tentunya diiringi doa dan ketulusan.

www.dudung.net
 

Followers

Blogger Tricks

free counters