Jumat, 24 Desember 2010

Terbentur, Terbentur, dan TERBENTUK!

Kalimat diatas tidak sengaja ku dengar saat menyaksikan acara televisi di suatu malam. Terbentur, terbentur, dan terbentuk. Pepatah diatas diucapka oleh Tan Malaka, Pahlawan Nasional kita. Memulai tulisan ini di pagi hari, agar dapat meramaikan blog ROHIS  SMAN 23 tercinta.

Siapa yang pernah terbentur? Sakit tidak? terbentur biasanya oleh benda keras ya, seperti dinding, kayu atau logam. Kalau bagian tubuh kita terbentur, biasanya ada sedikit luka lecet atau patahan pada tulang yang terbentur. Seperti orang yang mengalami kecelakaan dijalan, apapun yang terbentur oleh aspal, pasti sakit bagian luar dan dalamnya, dan yang sangat dikhawatirkan adalah benturan pada bagian kepala kita, Na'udzubillah. Terus, kalo misalnya Handphone kita yang terbentur, atau jatuh secara tidak sengaja, atau juga sengaja, apa yang terjadi? hancur, kacanya pecah, LCD-nya rusak, atau apapun, dan harus diservis.

Siapa yang kesehariannya tidak pernah terbentur? boleh dibilang tidak ada ya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, sekolah, organisasi, dan sebagainya, pasti akan ada benturan. Benturan secara fisik ataupun secara nonfisik. Benturan dapat berupa permasalahan-permasalahan. Bedanya, benturan secara fisik itu sakit yang dirasakan secara langsung, berupa perih, dan kesudahannya mungkin ada bekas lecet, jahitan, atau operasi, sedangkan benturan dalam kehidupan kita sejatinya ingin membentuk diri kita menjadi lebih baik. Persamaannya, benturan-benturan itu sungguh menyakitkan, membutuhkan waktu kita untuk beristirahat agar cepat pulih, dan benturan itu mengganggu aktivitas kita, tapi sabar ya.

Benturan, atau permasalahan-permasalahan, yang membuat kita resah, khawatir, cemas, dan sebagainya, sejatinya adalah membentuk diri menjadi lebih baik. Bak sebuah gelas cantik yang terbuat dari tanah liat yang harus mengalami beberapa kali benturan atau pembentukkan, atau sebuah pedang yang harus beberapa kali pukulan baru dapat menghasilkan pedang yang tajam dan mengkilat, atau bangunan puluhan dan ratusan lantai yang harus ditanam dalam-dalam dengan beberapa kali pukulan agar menghasilkan bangunan yang tahan terhadap gempa dan bencana lainnya.

Seharusnya benturan itu membentuk diri, bukan malah melemahkan. Benturan-benturan itu mengajak kita untuk diam sejenak berkontemplasi, merenung tentang apa yang telah kita lakukan, adakah yang kurang tepat atau perlu ditingkatkan. Benturan mengajak kita berpikir sejenak mencari alternatif-alternatif cara untuk menyelesaikan masalah yang baru, dan agar kita lebih cerdas dari masalah kita.
wallahua'lam bisshawab.

SEPORSI CINTA?

Oleh : Laela Awalia 
  
Suatu malam, seorang teman mengirim pesan pendek pada saya yang sedang asyik bercengkrama dengan keyboard dan layar komputer. Dalam pesan pendeknya, ia menulis kata-kata yang tiba-tiba mampu menghentikan aktivitas saya dalam sejenak. Ia tak bertanya tentang PR-PR organisasi yang selama ini jadi menu sehari-hari kami. Ia pun tak bertanya tentang kabar kuliah atau kegiatan menulis saya. Ia hanya mengirim saya kata-kata ini.

"Cinta itu begitu luar biasa ya, mampu membuat kita tergugu dengan berjuta harap juga rindu, bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang kita cintai. Hingga wujudnya sudah mencipta resah, cemas, juga doa-doa."

Lama saya tak membalas pesan pendeknya. Bukan karena malas, tapi saya harus mencermati setiap kata yang ia tuliskan di layar kecil itu. Adakah ia serius atau hanya ingin ‘perang' kata-kata dengan saya. Dan setelah saya berpikir agak lama, saya membalasnya. Hingga saya harus menghentikan aktivitas saya sejenak karena setelah itu kami terus saling berbalas pesan pendek.

"Tapi, cinta pun menyediakan air mata... Bagaimanapun, ketika kita terjebak dalam sebuah rasa yang awalnya mungkin tak kita sadari, harusnya kita bisa jadi lebih dewasa. Bagaimanapun -sekali lagi- cinta akan tetap indah jika ia disembunyikan hingga hanya kita dan Allah saja yang tahu."

"Cinta itu ibarat warna, jadi ketika kita merasakan ada getar yang tak terdefinisi, itulah cinta. Hanya saja, kita tak tahu cinta dengan warna apa dan seberapa kuat pendarnya menerangi hati kita. Ada orang yang menyadari warna cinta dan kuatnya pendar itu langsung ketika dekat dengan orang yang dicintai.ada juga yang baru sadar ketika orang tercinta telah pergi."

"Sesungguhnya aku tak menyadari apa yang aku rasakan. Mencintai bagiku adalah suatu hal yang membuatku bahagia, tapi dicintai terkadang bisa menyisakan satu rasa yang tak terdefinisi dan mungkin saja membuat kita terluka. Hingga pada akhirnya kita lah yang harus berkorban agar tak melihat pendar kekecewaan pada wajahnya. Karena itu, mengapa harus sedih jika hanya bisa mencintai dari jauh? Balasan cinta tak harus dari orang yang kita cintai kan!"

"Benarkah balasan cinta itu akan kita peroleh dari orang yang tidak kita cintai? Tidakkah itu justru akan semakin menyakitkan kita atau setidaknya bukan cinta yang kita berikan pada orang lain itu, melainkan hanya rasa sayang atau kasihan..."

"Ya, itulah keajaiban sebuah cinta! Kita mungkin tak menyadari bahwa masih ada orang yang mencintai kita dengan setulus hati. Memang, mengejar apa yang kita cintai akan membuahkan satu rasa paling indah jika itu tercapai. Tapi, bukankah lebih indah memberi cinta pada orang yang mencintai kita setulus hati? Yah, pada akhirnya kita harus memilih. Tapi, yakinku hanya satu, bahwa cinta tetap indah pada akhirnya..."

"Ya, cinta akan tetap indah pada akhirnya. Karena cinta penuh dengan sensasi yang tak habis untuk dinikmati dan dikenang. Bukankah cinta butuh proses? Proses itu lah seni keindahannya... mungkin memang tepat satu kalimat ‘Surga hanya diperuntukkan bagi para pencinta.'"

Pesan-pesan pendek itu menjadi smacam renungan untuk saya, dan mudah-mudahan bagi kita semua. Bahwa cinta seindah apapun akan bisa menciptakan luka jika terlalu mengejarnya dengan porsi yang tak seharusnya. Tapi di sisi lain, cinta bagaimanapun rupanya bisa menciptakan kebahagiaan jika diporsikan sesuai kadarnya.

Cinta memang sepatutnyalah bisa membuat kita jadi lebih dewasa dan bijaksana. Tanpa perlu label khusus bagi kebanyakan pecinta muda yang belum sepenuhnya mengerti makna sesungguhnya. Sepatutnyalah cinta diporsikan sesuai dengan kebutuhan dan hak sesorang atau Dzat yang memberi kita cinta. Jikalah ada seseorang yang memberi kita cinta, mungkinkah cintanya akan melebihi cinta yang telah diberikan Dzat pencipta cinta itu? Maka, bertanyalah pada diri kita sekarang. Seberapa besar porsi cinta yang telah kita berikan pada Pencipta Cinta?

dudung.net
 

Followers

Blogger Tricks

free counters