Kamis, 25 November 2010

Sejarah Rohis SMAN 23 Jakarta

Sejarah Rohani Islam SMAN 23 Jakarta tidak dapat dipisahkan dari sejarah sekolah kita sendiri, alamamater kita tercinta, SMA Negeri 23 Jakarta. Jika SMA Negeri 23 Jakarta sudah ada sejak tahun 1966, dengan Kepala Sekolah Pertamanya Bapak R. Harsoehadi, maka Rohis SMAN 23 baru lahir 12 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1988. Sudah cukup tua ya! Mungkin kita juga belum lahir!

Seperti diceritakan dari para alumni-alumni generasi awal (ashabiquna awwalun), meskipun ROHIS SMAN 23 Jakarta sudah ada sejak tahun 1988, namun saat itu Rohis masih merupakan bagian organisasi yang belum berdiri sendiri, acara-acara yang diangkatkanpun masih berupa Perayaan Hari Besar Islam berupa acara Maulid-an yang diangkatkan bersama-sama dengan OSIS. Pada periode ini, sekitar tahun 1988-1989 ketua Sub-organisasi Kerohanian Islam diketuai oleh Dede Sutisna. Saat Bapak Dede Sutisna menjabat sebagai ketua Rohis, Kepemimpinan Sekolah dikepalai oleh Bapak M. I. Nicky Ginoga sebagai Kepala Sekolah Ke-8.

Meskipun Rohis baru lahir 12 tahun kemudian sejak berdirinya SMAN 23, namun rohis sudah menghasilkan kepemimpinan generasi sebanyak 23 angkatan (terhitung sejak tahun 1988-2010), sedangkan Kepemimpinan Sekolah baru sebanyak 15 angkatan. Ya iyalah, kan periode kepengurusan Rohis setahun sekali, sedangkan masa jabatan Kepala Sekolah bisa lebih dari satu tahun, bahkan ada yang lebih dari 5 tahun.

No. Periode Nama Ketua Rohis SMAN 23 Jakarta
1. 1988 – 1989 Dede Sutisna
2. 1989 – 1990 Suharto
3. 1990 – 1991 Dwinanto Prastowo
4. 1991 – 1992 Nurhasan
5. 1992 – 1993 Mohammad Nur
6. 1993 – 1994 Kosasih
7. 1994 – 1995 Surahman
8. 1995 – 1996 Rommie Yanto
9. 1996 – 1997 Cepi Parman
10. 1997 – 1998 Junaedi
11. 1998 – 1999 Asep Supriyatna
12. 1999 – 2000 Lukmanul Hakim
13. 2000 – 2001 Anas Malik Farhan
14. 2001 – 2002 Dwi Armada
15. 2002 – 2003 Muhammad Iqbal
16. 2003 – 2004 Muhammad Syarif Hidayat
17. 2004 – 2005 Probo Setiawan
18. 2005 – 2006 Febriyansyah
19. 2006 – 2007 Raden Gumilar
20. 2007 – 2008 Khalil Gibran
21. 2008 – 2009 Khaidir Alatas
22. 2009 – 2010 Muhammad Arip Aprianto
23. 2010 - 2011 Muhammad Egy Subentra

Mungkin status Rohis hari ini tidak begitu jauh berbeda dengan Rohis pada tahun-tahun awal, yaitu Rohis sebagai Sub atau Sie dari OSIS, namun sayangnya Rohis pada tahun ini belum memiliki anggota. Kepemimpinan Rohis pun dilanjutkan oleh Bapak Suharto (Bukan presiden RI ke-2 ya!). Di kepemimpinan beliau Rohis mencoba untuk mandiri, maksudnya mandiri dalam kegiatan. Jadi, walaupun Rohis tetap sebagai Sub-organisasi OSIS, pada periode ini Rohis mencoba berdikari sebagai organisasi, mengangkatkan acara sendiri, dan mendeklarasikan ketua Sie Kerohanian Islam juga sebagai Ketua Rohis, hasilnya seperti yang sudah kita rasakan sampai saat ini.

Periode Rohis yang dipimpin oleh Bapak Suharto ini belum memiliki anggota, karena baru ”minggat” dari rumahnya. Merasa membutuhkan generasi penerus yang melanjutkan perjuangan da’wah Rohis, maka dilaksanakan Open Recruitmen pertama kali. Open Recruitment anggota dan pengurus rohis pertama ini baru dimulai dengan memanfaatkan momen Pelaksanaan Hari Besar Islam, seperti maulid-an dan sebagainya. Kalo sekarang momen perekrutan dilakukan saat Open House, kalo kemarin saat Maulid-an, kalo kemarin masih ada acara Maulid-an dan belum ada Open House, sekarang masih ada acara Maulid-an gak ya?

Rohis pada periode ini juga sudah mulai kondusif karena sekolah kita yang di Tomang sedang di renovasi dan kita menumpang di Sekolah SD di Bilangan Anggrek Nelly Murni, Palmerah Utara. Saat itu gedung SMAN 23 direhabilitasi total menjadi tiga lantai lengkap dengan Lab. IPA, Lab. Bahasa, Perpustakaan, dan AULA (seperti yang dituliskan pada situs sekolah SMAN 23 Jakarta). Para alumni generasi awal saat itu melobi Kepala Sekolah SD tempat kita numpang untuk meminjam ruang gudang sebagai musholla dan sekaligus sebagai base camp / pusat kegiatan Rohis.

Satu Kebanggaan tersendiri tentang Rohis pada periode ini adalah bahwa Rohis SMAN 23 Jakarta adalah Rohis pertama di Jakarta Barat yang menyelenggarakan Pentas Nasyid di sekolah. Nasyid yang dulu dibawakan berjudul “Laatas alu” ( Jangan Kau Tanya) & “Ribathul Ukhuwah” ( Tali Persaudaraan), nasyidnya berbahasa arab, jadi terjemahan nasyidnya di bacakan sebagai puisi mengiringi nasyidnya. Salah satu pembawa nasyidnya (Munsyid) adalah Ka Nanang Kurniawan. Pada periode Rohis kali ini juga, Halaqoh Tarbiyah (halaqoh-lingkaran/mentoring, tarbiyah-pembinaan/pendidikan islam) terbentuk satu kelompok (ikhwan), dan halaqoh tarbiyah inipun yang memberikan energi dahsyat saat itu dalam perkembangan da’wah dan syi’ar islam di SMAN 23 Jakarta.

Masih berlokasi di Sekolah Dasar di Bilangan Palmerah, estafet Rohispun berlanjut, yaitu pada tahun 1990-1991, Ketua Rohisnya dilanjutkan oleh Kakak Dwinanto Prastowo, sekarang beliau adalah Superviser Quality Control (Spv QC) di PT Bogasari. Saat beliau menjabat sebagai Ketua Rohis, sebagai Pembina Rohisnya adalah Ibu Rosmini Rasul dan Bapak Ahmad Basyuni Syarief (Alm). Pada era ini, Halaqoh Tarbiyah Akhwat mulai terbentuk, anggota-anggotanya adalah Kakak Santi Tungka, Dilla Laswantina, Ety Wahyuniaty, Elsi Marlini, Sri Sayekti,,,

Alhamdulillah dengan Halaqoh Tarbiyah, ROHIS menjadi kegiatan ekstrakurikuler paling dominan dibandingkan ekstrakurikuler lainnya dalam wadah OSIS. Anggotanya disegani, bukan hanya dari kalangan siswa, tapi juga dikalangan guru. Anggota Ekskul lain (PMR, KIR, Paskibra) banyak juga yang akhirnya bergabung dengan kegiatan Rohis.

Pada Periode ini juga Rohis 23 menjadi ekskul pertama yang melaksanakan kegiatan di luar sekolah yang menginap di luar kota selama 3 atau 4 hari dalam Kegiatan TAFAKUR ALAM (TA). Ini adalah kegiatan TA pertama dalam sejarah ROHIS 23, yang di setujui pihak sekolah dan dikuti pula dengan guru sekolah.

Pada periode ini juga ROHIS pernah mengadakan pelajaran Bahasa Arab (yang ngajar bhs Arab saat itu Kak Salman - Alumni pesantren). sayang hanya berlangsung singkat, tidak sampai 1 semester kegiatan terhenti karena pengajarnya berhalangan. Kemudian Kepemimpinan Rohis dilajutkan oleh Kak Nur Hasan (1991-1992).

Mushalla Bahrul Ilmi, sebagai tempat shalat dan pusat kegiatan keislaman, merangkap sebagai sekretariat dan base camp-nya anak rohis baru dibangun pada tahun 1992, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1992 pada masa Kepala Sekolah Ruhanta Sastradipura, dan diresmikan oleh Kanwil Depdikbud pada tanggal 25 Juli 1994 oleh Drs. H. Tating Karnadinata.

Merunut sejarah berdiri dan perkembangan Rohis sejak tahun 1988 hingga tahun 2010, dengan telah mengalami 23 angkatan, belum diperoleh informasi tentang siapa-siapa saja para ashabiquna awwalun itu, para founding fathers (bapak pendiri) yang telah menggagas berdirinya rohis. Kemudian menjadi maklum bahwa tanggal berdirinya Rohispun belum diketemukan, mungkin akta kelahiran Rohis masih terselip di suatu tempat atau masih harus didapatkan informasi-informasi tentang sejarah Rohis dari para “saksi hidup”. Semoga sejarah Rohis diatas semakin menguatkan langkah kaki kita untuk mengembangkan da’wah Rohis agar semakin rapi dan semakin baik dari tahun ke tahun. Amiin yaa Rabbal ‘alamiin.

Senin, 22 November 2010

SESAAT UNTUK SELAMANYA

Oleh Lathifawati Hikmah pada 14 November 2010 jam 23:16

hem, sering orang mendengar KESETIMBANGAN di kimia . sering orang belum memahami atau mengerti kesetimbangan . kesetimbangan sebenarnya berada pada diri masing-masing . kesetimbangan itu bisa diukur, dinilai, dan dipahami diri masing masing.

Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia taat dan bertaqwa kepada Allah SWT, tapi semua itu bermacam-macam setelah manusia diciptakan . di dalam diri manusia mempunyai hati, pikiran, dan nafsu . makanya sisi manusia ada yang baik ada yang salah, ada yang baik ada yang jahat . itu semua yang membuat manusia berubah-ubah.

dunia akhirat? kadang hanya sebagai ceramahan sesaat . tanpa ia sadari waktu yang terus berlanjut akan membuktikan semuanya . di dunia ini tak ada yang kekal dan mempunyai kekuasaan untuk mengendarai keadaan dan kehidupan dunia ini . semua yang diberi kedudukan sebagai khalifah, itu hanya agar khalifah itu menjaga saudara-saudaranya terhadap ancaman, dosa, dan kesalahan . khalifah bukan untuk memerangi saudara antar saudara, bukan membela untuk hak dirinya, dan bukan untuk keegoisan semata.

sungguh ALLAH maha ADIL . "diciptakan tapi tak melaksanakan perintahnya maka ia berdosa, dan sebaliknya jika ia melaksanakan perintahnya ia mendapat pahala" (ia disini untuk ciptaannya) . sungguh ALLAH maha KUASA . apa yang ada di dunia diriNYA kendalikan karena diriNYA lah yang menciptakan.

apa yang dilakukan untuk dunia hanya mendapatkan dunia saja . tapi jika niat untuk Allah maka insyaAllah dunia dan akhirat akan didapatkan . SAUDARAKU, jangan pernah menyesali apa yang sudah diperbuat tapi renungkanlah, intropeksilah . jika itu disesali malah akan membuat diri jadi sedih dan sakit rohani jasmani . jangan pernah menyalahkan suatu hal yang membuat diri semakin terpuruk karena tak akan ada kebaikan didalamnya malah akan menambah keburukan dan keterpurukan pada diri sendiri.

pesanku : "SAUDARA-SAUDARAKU SERUKANLAH KEBENARAN DAN KEBAIKAN KEPADA SAUDARAMU YANG LAIN AGAR MEREKA MENGERTI KENAPA MEREKA DICIPTAKAN, BAGAIMANA BISA MEREKA DICIPTAKAN, SIAPA YANG MENCIPTAKAN MEREKA. TAPI INGATLAH MENYERUKAN SEMUA INI DENGAN TETAP BERPEGANG TEGUH PADA AL-QURAN DAN HADITS."

nb : ini hanya sesaat tapi untuk selamanya karena dakwah itu tak mengenal diam atau berhenti. tapi, orang yang mendakwahkan wajib beristirahat untuk kesehatan jasmaninya. ini hanya sesaat tapi akan berbuah keindahan :)

A L U M N I

Berbagi cerita tentang rohis sma negeri 23, atau biasa kita singkat rohis 23, yang begitu teringat dibenak kita adalah para alumninya, betapa kehadiran dan kontribusi mereka sangat dirindukan. Mungkin belum begitu terasa saat ini bagi yang sekarang masih menikmati waktu sekolah, tapi bagi para pengurus rohis alumni adalah sumber kekuatan kami dalam bergerak, kehadiran mereka begitu dirindukan. Pun bagi kami saat ini yang telah menjadi alumni, kerinduan kami pada para alumni-alumni sebelum kami yang dahulu membentuk “karakter” kami begitu kuat. Ruh-ruh kami begitu merindukannya dari kejauhan ruang dan keterbatasan waktu.

Terasa hambar rasanya sebuah kegiatan yang rohis angkatkan, tanpa kehadiran alumni. Ketika salah seorang alumni yang berkesempatan hadir mengikuti sebuah acara rohis, yang ditanyakan pertama kali oleh anak-anak rohis adalah “alumni yang lain mana kak?” kemudian percakapan menjadi hening sejenak, karena sang alumni tidak tahu harus menjawab apa?

Dalam sebuah kesempatan saat kami bersilaturrahim ke rumah salah seorang alumni, kami bercerita banyak tentang kondisi rohis hari ini dan kondisi rohis kemarin, suka dan duka bercampur dalam percakapan kami. Diskusi yang cukup singkat, namun menghasilkan satu pesan singkat yang padat, betapa kami para alumni pun begitu merindukan momen-momen dan kebersamaan seperti dahulu.

Kami lupa dengan betapa jenuhnya kami dahulu menghadiri rapat-rapat sepulang sekolah atau rapat diluar waktu sekolah. Rapat persiapan Tafakur Alamlah, rapat Hari Besar Islam lah, rapat inilah, dan rapat itulah, walaupun saat rapat itu ada alumni juga. Namun kami tidak akan pernah lupa, saat kami bersama para alumni, mendaki ketinggian curug untuk merasakan segarnya air terjun! Bersama para alumni rapat di penghujung malam di lokasi Tafakur Alam untuk mempersiapkan acara Tafakur Maut, acara Riyadhoh, atau games. Bersama para alumni yang tidak pernah malu menangis di samping kiri dan kanan kami saat bermuhasabah bersama kami selepas qiyamullail. Kami tidak akan pernah lupa saat kami makan bersama para alumni dalam satu talam/nampan, menikmati hidangan yang telah dipersiapkan oleh para pengurus rohis dalam sebuah acara.

Singkat memang masa-masa SMA yang kita rasakan, hanya tiga tahun, tapi kalo ada yang lebih cepat dari tiga tahun ataupun lebih lambat dari dua tahun, pasti itu murid-murid “ruarr biasa!”. Tiga tahun berlalu setelah melewati masa SMA, kali ini kami merasakan jadi alumni. Jujur, tiga tahun berlalu ataupun lebih dari itu, mungkin di benak sebagian para alumni rohis, kenangan semasa SMA yang begitu kuat adalah kenangan selama mengikuti kegiatan rohis ketimbang kenangan-kenangan lainnya.

Mengikuti kegiatan rohis, emosi kami terlibat, karena kami begitu menikmati setiap kegiatan-kegiatan yang diangkatkan, melewati banyak rintangan bersama, sehingga kami begitu mengingatnya. Entah kenapa walupun sebagian kita pernah menjadi duta yang diutus sekolah untuk mengikuti sebuah lomba atau kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lembaga atau institusi pendidikan lainnya, kami tidak begitu ingin mengingatnya, walaupun saat itu kami pernah memiliki perasaan bangga. Bangga karena umumnya yang diutus untuk lomba-lomba dan seminar adalah anak rohis! Itu aja!.
Menjadi alumni yang mau berkontribusi dengan da’wah sekolah adalah pilihan. Kenapa pilihan, karena tidak dipaksakan, karena jika tidak mau berkontribusi juga tidak berdosa. Adalah pilihan kita sebagai alumni untuk hanya memantau maju mundurnya da’wah sekolah ini “dari jauh” atau “dari dekat”. Adalah pilihan kita sebagai alumni untuk “hanya melihat” segelintir alumni lainnya yang turun dalam da’wah sekolah, atau ikut terlibat. Karena jika kita tidak dapat berkontribusi dalam da’wah sekolah, toh kita sering berhusnudzon pada diri kita sendiri bahwa “pasti ada alumni lain yang turun ke sekolah.

Hukumnya berkontribusi dalam da’wah sekolah bisa dibilang “fardhu kifayah” seperti kita menshalatkan jenazah. Seperti itukah...? Jika sudah ada sebagian yang mengerjakannya, maka yang lain tidak berdosa jika tidak mengerjakannya...! seperti itukah? Dan betapa sudah zalimnya kita terhadap saudara-saudara kita yang lain.
Jika dimisalkan hanya ada dua orang alumni yang turun untuk berkontribusi da’wah sekolah, misalnya seperti Ka Tuti dan Ka Rio, atau Ka Syarif dan Ka Amir, atau Ka Tia dan Ka Antika, atau Ka Mutia dan Ka Fatimah, atau Ka Parlin dan Ka Junaedi? apakah artinya keberadaan mereka sudah merepresentasikan kontribusi-kontribusi alumni yang lainnya? Dua orang itu, mereka membina anak-anak rohis setiap pekannya, mengisi acara mentoring anak-anak rohis, mereka juga mengupayakan untuk menghadiri acara rohis setiap hari jum’at, seperti mengisi acara keputrian ataupun shalat jum’at, mereka juga menemani anak-anak rohis dalam membimbing dan mengarahkan pengurus rohis saat rapat-rapat kecil mereka mempersiapkan acara, mereka juga harus mengalokasikan waktu untuk rapat-rapat “langit” mengenai evaluasi kondisi dan acara rohis dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun. Singkatnya segelintir alumni yang dapat terjun dalam da’wah sekolah, maka segelintir itu pula yang harus memikirkan agenda-agenda rohis, menjalankan agenda rohis, mengevaluasi, dan memikirkan langkah-langkah strategis selanjutnya.

Jika rohis hari ini sedang “sakit”, maka tolong bantu kami melakukan general check-up, seberapapun mahal biayanya! Tolong periksa kesehatan secara menyeluruh bagian organ tubuh rohis agar dapat diketahui dimana saja sumber penyakitnya, jika dimisalkan rohis itu seperti organ tubuh, maka periksa bagian-bagian mana dari tubuh rohis yang tidak berfungsi dengan baik. Sebagai sebuah organisasi, bagian-bagian organ tubuh rohis adalah para stakeholdernya, mulai dari pengurus rohis, anggota rohis, para alumni dan pembina rohisnya. Bagaimanakah keadaan tubuh alumninya? Sakitkah? Bagaimanakah keadaan para pengurus rohisnya? Berjalan sendiri kah? Bagaimana keadaan pembina rohisnya? Benar-benar membina kah? Atau malah membinasakan!, bagaimanakah keadaan rumah tangga rohis??? Ada begitu banyak yang kurang sehat?. Jika diibaratkan rohis seperti pasien yang ingin sembuh, maka ada banyak tes-tes kesehatan yang harus dijalankan, dan sejumlah obat-obatan yang harus diminum agar cepat sembuh. Jauh sebelum kesembuhan itu hadir, maka harus di tanamkan keyakinan bahwa “mencegah lebih baik dari pada mengobati,” agar kelak tidak jatuh kembali di lubang yang sama.

Selepas SMA, alumni menjadi murid baru. Murid baru di kampusnya bagi yang berkesempatan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, atau murid baru di dunia kerjanya. Ingin rasanya melakukan sebuah penelitian seperti orang-orang kuliahan sana, meneliti kenapa para alumni memiliki keterbatasan waktu, keterbatasan finansial, keterbatasan kehadiran, dan keterbatasan lainnya untuk membantu kami, adik-adiknya di rohis sma negeri 23.

Alumni yang belum bekerja atau belum kuliah, atau masih menganggur, entah kenapa mereka memiliki keseganan tersendiri untuk turun melihat semangat da’wahnya adik2 kita di rohis 23. Setelah bekerja mereka disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga belum ketemu juga waktu yang tepat untuk turun ke 23. Setelah kuliah mereka disibukkan dengan padatnya jadwal kuliah dan organisasi mereka di kampus, atau disibukkan dengan Tugas Akhir, sehingga lagi-lagi memang waktu untuk turun ke rohis 23 harus dikorbankan. Setelah lulus kuliah, mereka bekerja, dan kemudian berkeluarga, maka kesibukan alumni menjadi plus-plus-plus, maka waktu untuk turun ke 23 juga belum ada. Jadi, ya mantau da’wah 23 dari jauh aja deh! Ucap beberapa alumni. Atau beberapa orang alumni yang malu untuk turun berkontribusi di rohis 23, karena mereka merasa kurang percaya diri dan karena rasanya tidak ada yang dapat mereka berikan untuk adik-adik mereka di rohis 23. Hmmmm...! padahal hadirnya mereka ke 23 saja disetiap mereka ada kesempatan adalah suplemen bagi alumni lainnya atau bagi adik-adik di rohis. Entah siapa yang salah, kesibukan alumni yang padatkah, atau adik-adik kita di rohis kah...?

Untuk beberapa orang alumni yang telah menginisiasi atau merintis wadah bagi para alumni agar dapat berkontribusi bagi da’wah sekolah secara lebih teratur dan terarah, sungguh kami para alumni mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Adanya wadah FIKRA atau Forum Silaturrahim dan Ukhuwah Rohis Alumni SMAN 23 Jakarta (http://fikra-rohis23.blogspot.com) sungguh sangat bermanfaat, semoga dapat diberdayakan dan dikelola menjadi lebih baik.

Untuk segelintir alumni telah mengorbankan waktu, pikiran, dana, kesehatan, emosi, ruhiyah, dan sebagainya, semoga pengorbanan kalian menjadi amal terbaik (ahsanu ‘amala) yang memperberat timbangan kebaikan kita dihari akhir kelak. Mungkin pengorbanan kita yang sudah “habis-habisan” rasanya tidak dihargai oleh alumni yang lain,,,mungkin belum dirasakan perannya, atau mungkin belum dirasakan effect-nya,,,mungkin loh! Sungguh wajar jika segelintir alumni itu berkeluh kesah pada batas tertentu dan menjadikan dinding fb sebagai tembok ratapan...wajar saja! Namun di kedalaman hati, mereka punya doa-doa yang dalam, doa-doa yang optimis, doa-doa membuat wajah mereka menenggakkan kepala, bahwa suatu hari kelak perjuangan mereka akan menjadikan generasi-genari selanjutnya yang lebih kuat.

Sosok Pemuda Ideal di Mata Allah


Jumat, 29 Oktober 2010, 10:50 WIB
   
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kata-kata pemuda dalam Alquran diistilahkan dengan fatan, seperti firman Allah SWT pada surah al-Anbiya [21] ayat 60 tentang pemuda Ibrahim. "Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim'."

Bentuk jamak dari fatan adalah fityah (pemuda-pemuda), seperti kisah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi pada surah al-Kahfi [18] ayat 13. "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."

Dalam hadis, pemuda sering diistilahkan dengan kata-kata syaabun. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa di antara tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah syaabun nasya'a fii 'ibaadatillaah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah SWT).

Eksistensi dan peranan pemuda sangat penting. Dalam Alquran ataupun hadis, banyak diungkapkan karakteristik sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai orang atau pemimpin sukses. Pertama, memiliki keberanian (syaja'ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah SWT) sama sekali tidak ada manfaatnya. Kisah keberaniannya dikisahkan dalam surah al-Anbiya [21]  ayat 56-70.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah [2]: 260). Ketiga, selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul-Kahfi yang dikisahkan Allah SWT pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang  bergelar al-amin (tepercaya) dari masyarakatnya.

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam Alquran dan hadis diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia masa kini. Wallahu a'lam.

Minggu, 21 November 2010

MABIT (20112010)

“Assalamu’alaikum Bang!” ucapnya sambil membungkukkan sedikit badannya dan mengulurkan tangan. “Wa’alaikumussalam!” Jawab si senior SPM yang sedang siaga tawuran, “anak mane luh?” tanya si senior sama kak Sofyan, “Anak Rohis Bang!” Jawab kak Sofyan...”Apaan tuh Rohis?” tanya si senior “Rohani Islam Bang!”

Cerita diatas amat sangat berkesan dan hampir menyelamatkan hidup kakak kita, kak Sofyan. Sebenarnya cerita diatas mengandung banyak hikmah, terutama kebiasaan kita untuk mengucapkan salam yang kemudian memberikan keberkahan tersendiri bagi pribadi kita dan lingkungan sekitar kita. Dahulu kala,,,(dah kaya nge-dongeng nih!) sekolah kita memang punya cerita heroik tentang tawurannya, entah kapan berakhirnya, kalo tidak salah hingga pertengahan tahun 2000-an sekolah kita masih suka diserang sekolah lain. Syukur Alhamdulillah sekarang tidak lagi!

Mabit! Apaan sih...?
Malam Bina Iman dan Takwa...
Makan-makan, Bincang-Bincang...Tidur...!
Bener gak sih...?

Insya Allah pengertian diatas hampir bener kok! Buat ngelengkapin aja nih, mabit itu artinya bermalam atau nginep, kaya jama’ah haji kita yang mabit di,,,dimana ya? Di  mina atau muzdalifah ya? Kurang tau nih, soalnya belum pergi kesana. Alhamdulillah Pengurus Rohis kita kali ini “SUKSES” ngadain MABIT pada hari sabtu ba’da (sehabis) isya di Musholla Bahrul Ilmi, tepatnya tanggal 20-21 November 2010.

Two Thumbs Up deh! Buat pengurus rohis kita kali ini yang berhasil mengangkatkan acara mabit, padahal mereka dalam keadaan yang sangat lelah. Dari pagi hari mereka habis ke senayan, terus siangnya ada acara lagi, dan sorenya mereka harus nyari yang bisa dibakar buat acara mabit! Hehehe...! maksudnya yang bisa dibakar disini kaya ikan bawal or ayam or daging kambing gitu! Tapi karena harganya yang sesuai dengan kondisi kocek rohis adalah daging ayam, jadinya yang di beli ayam deh...
Nyam...Nyam...Nyam...! (jangan ngiler yah...!)

Makasih banyak buat ikhwannya yang dah ngebakarin ayamnya yang rasanya wenak banget! Sampe2 akhwatnya yang belum pada makan dari pagi karena gak sempet, jadi bisa makan duluan...alhamdulillah sehabis makan akhwatnya baru bisa pada tidur.

Tiga hal yang dipesankan kak Sofyan dalam isi tausiyah yang disampaikannya kemarin, ucapkanlah salam, dirikanlah shalat dhuha, dan peliharalah akhlaq kita. Tausiyah yang sangat ringan namun dahsyat hasilnya kalo diamalkan! Kak sofyan, alumni rohis kita angkatan  ’95, sudah 15 tahun berlalu dan beliau masih bersama kita, mendoakan kita, dan memberi tausiah2nya yang indah buat kita, anak rohis. Jazakumullah buat kak sofyan yang dah meluangkan waktu untuk hadir, beliau datang bersama istri dan ketiga anak tercintanya, tepat jam 11.00 malam kak sofyan beserta keluarga harus balik ke rumahnya di daerah cempaka putih. Subhanallah! Hati-hati di jalan kak! Dan semoga Allah memberi keistiqomahan pada kakak! Amiin

Benar juga kata kak sofyan, anak rohis memang harus punya “ke-khas-an”, atau memiliki sesuatu yang khas, atau istilah bahasa betawinya “trade mark (merek dagang)”. Kalo kita berbicara tentang air, pasti yang teringat sama kita itu merek aqua, trus kalo berbicara tentang lampu, pasti yang teringat sama kita itu merek philips, terus kalo berbicara tentang anak rohis, apa sih yang diingat orang tentang kita...? semoga bisa menjadi PR bagi kita untuk kedepannya, agar kita punya ke khasan tersendiri. Kalo kata orang sih, anak rohis itu katanya sih pinter2 akademiknya, akhlaknya bagus, sholat wajibnya terjaga, apalagi shalat sunnahnya, kaya sholat dhuha, dsb...anak rohis yang suka baca alma’tsurat, yang datang ke sekolah tepat waktu (maksudnya ga pernah terlambat gitu), trus setiap waktu dan ngumpul2nya pasti bermanfaat dunia dan akhirat...! bener ga sih...??? Please, BELIEVE US! Anak rohis kayak gitu kok!

Terima kasih banyak sama adik2 kita kelas X yang dah hadir acara mabit, buat Kak syarif yang dah ngasih door prize buat sebagian kita dan bikinin video klipnya, buat kak amir yang dah nemenin mabit bersama “adik kecil”nya, buat kak probo, kak ipin, kak aul, dan yang lainnya...tetap semangat untuk egy , ketua rohis kita yang sedang berjuang! Untuk ke enambelas akhwatnya yang hadir, yang dapet jatah 4 nampan nasi plus ayam bakar, jadi pas satu nampan untuk 4 orang. Buat temen2 pengurus rohis akhwat, keep fight  ya! Tetap semangat! Never give up! Allah bersama kita dalam setiap upaya kita untuk memberikan yang terbaik bagi da’wah kita di rohis.

Jumat, 19 November 2010

Bila Aku Jatuh Cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu
Amin !

Hitam-Putih Facebook

gaulislam edisi 122/tahun ke-3 (8 Rabiul Awal 1431 H/22 Februari 2010)
 
Setelah kasus heboh Nova-Ari yang mengaku mereka suka sama suka melakukan hubungan badan, Facebook kian disorot. Khususnya sisi negatifnya. Ya, melalui perantaraan situs jejaring sosial inilah Nova dan Ari bertemu dan sekaligus dilanjutkan berkencan di dunia nyata. Nggak hanya kasus Nova-Ari, berikutnya muncul kasus ‘menghilangnya’ gadis berumur 20 tahun asal Bantul. Ada juga mahasiswi asal Jambi yang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, tak diketahui jejaknya, dan belakangan ketahuan kalo dia ada di suatu tempat bersama kekasihnya asal Brebes. Pertemuan mereka, via Facebook. Oya, nggak ketinggalan kasus 4 orang siswa yang dipecat dari sekolahnya gara-gara menghina salah seorang guru mereka. Nah, mereka melakukan penghinaan tersebut di Facebook. Waduh!

Bro en Sis, deretan fakta terbaru untuk saat ini tentang sisi negatif Facebook perlu menjadi perhatian kita semua. Jangan sampe kejadian tersebut juga menimpa kita. Ih, nggak banget deh! Fakta ini pun sekaligus meyakinkan kita semua bahwa teknologi, tetap saja memiliki sisi positif sekaligus negatif. Kita perlu waspada deh kalo kenyataannya kayak gini sih.

Fenomena Facebook
Facebook memang fenomenal! Situs jejaring sosial bikinan Mark Zuckerberg ini digilai oleh lebih dari 350 juta manusia di seluruh dunia. Di sini setiap orang bisa berkomunikasi, bergaul, berinteraksi, bahkan bertransaksi bisnis. Facebook menjadi dunia sendiri. Dunia yang dihuni oleh ratusan juta orang yang memang senang berhubungan dengan sesamanya. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. 

Fasilitas yang diberikan Facebook memang tak tanggung-tanggung. Selain daftarnya free alias gratis, juga di dalamnya terdapat fasilitas standar yang dibutuhkan manusia dalam berkomunikasi di dunia maya. Facebook sudah menanam beragam fitur yang oke punya (setidaknya sampai saat ini). Ada “note” ini untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran kita. Catat sepuasnya di sana. Jika belum puas bahwa catatan kita akan dibaca banyak orang, kita bisa bikin grup. Facebook menjembatani upaya merengkuh banyak orang melalui sebuah grup. 

Masih ingat kan tentang dukungan Facebookers (sebutan untuk jamaah facebookiyah alias orang-orang yang bergaul di dalam komunitas Facebook) terhadap KPK, khususnya Bibit dan Chandra? Juga menggalang dukungan bagi Prita dan Balqis. Melalui grup ini, pembuatnya bisa mengundang banyak orang untuk bergabung. Disediakan juga “Wall” tempat menumpahkan segala pendapat. Member grup bisa mengeluarkan unek-uneknya di sini. Kalo mau kirim pesan juga bisa. Menyebarkan pesan berharga kepada sebanyak orang itu, dan dengan fasilitas yang gratis, tentu sangat menyenangkan. Kita hanya membayar pulsa telepon atau bayar di warnet, bisa juga nebeng dari fasilitas kantor.

Selain bikin “grup” dan “note”, pengelola Facebook juga memahami betul keinginan manusia untuk interaksi, maka fasilitas chat disediakan, pencarian teman yang unik yang dilacak berdasarkan nama perusahaan, asal sekolah, asal daerah, dan sejenisnya. Selama member yang bersangkutan meng-input data yang sebenarnya, maka biarkan mesin pintar Facebook mencarikannya untuk kamu. Saya sering mengalaminya. Tiba-tiba muncul “saran teman” dari Facebook di beranda akun kita. Beberapa kali mengamati nama-nama yang muncul memori saya mengingatkan masa lalu. Hehehe.. ada teman yang pernah ngilang sejak lulus SMP sekitar 20 tahun yang lalu, eh ketemu lagi. Ada yang loss contact sejak beberapa tahun lalu, tiba-tiba nongol dan nyapa minta di-confirm jadi teman. Wah, asik benar. 

Oya, pengguna Facebook tahu betul fitur-fitur yang ada di dalamnya. Termasuk fasilitas “status” kita yang selalu ‘ditanya’ “apa yang anda pikirkan?” Lalu kita jawab semau kita. Ada yang ngocol, ada yang asal tulis, ada yang protes, ada yang maki-maki, pengeluh, tukang ngasih motivasi, ada yang jualan, dan sebagainya. Di situ setiap orang yang sudah tergabung dengan orang tersebut bisa tahu update statusnya dan bisa ngasih komentar. Paling banter kalo malas ngasih komen, cukup ngasih “jempol” dengan meng-klik “like/suka” terhadap status temannya tersebut. Tapi, di sini kudu ati-ati lho, karena siapa tahu kamu malah jadi ngikutin jejak Evan Brimob yang bikin heboh karena komentarnya yang emosional menyikapi kasus KPK vs Polri. Hehehe… yang aktif di Facebook pasti tahu deh kasus detilnya. Iya nggak?

Bro en Sis, inilah Facebook, salah satu situs jejaring sosial yang ngetren saat ini. Saya punya pengalaman tentang hal ini. Seorang tetangga paman saya di Bandung, minta dibikinkan akun facebook saat saya browsing internet pas berkunjung ke sana dalam suatu acara. Meski dengan pengetahuan seadanya, ia nekat minta dibikinkan akun facebook. Ya, gimana nggak bisa disebut seadaanya, wong istilah e-mail saja dia masih bingung. Sami mawon dengan cara buat e-mail, dia nggak tahu. Padahal, untuk bisa daftar ke facebook kudu punya e-mail. Akhirnya, ya dibuatkan dulu e-mailnya. Lucunya, alasan yang bersangkutan pengen punya akun facebook biar bisa gaul. Nggak kuper lah. Hehehe.. padahal usia udah menjelang pensiun, anaknya udah ada yang kuliah. Tragisnya, pake komputer aja masih gagap. Tapi, dia nggak putus asa, karena Facebook bisa diakses via ponsel. Waduh, benar-benar sudah tergoda Facebook. Prikitiw!

Lain waktu, teman saya cerita bahwa supir mobil odong-odong minta dibikinkan akun Facebook. Oya, istilah odong-odong ini untuk angkutan umum yang kendaraannya udah nggak ada surat-suratnya, operasinya di jalur khusus giliran dengan tukang ojek. Biasanya ke dalam komplek perumahaan yang jauh dari jalan raya. Teman saya yang jaga warnet itu sempat bingung, tapi kemudian supir mobil odong-odong itu bilang bahwa nanti pakenya di ponsel. Wedeh, gaul juga nih supir mobil odong-odong!

Dunia maya lebih menggoda?
Sejak kenal dunia maya, saya penasaran banget. Kenapa penasaran? Karena bisa berhubungan dengan banyak orang di ‘seberang’ sana hanya melalui komputer yang terhubung dengan modem dan perangkat lainnya yang dibutuhkan untuk menjalankan internet. Meski komunikasi lebih banyak via tulisan, tapi rasanya asik-asik aja. Pertama kali diajari chatting, langsung nyetel dan betah berlama-lama. Apalagi ketika sudah kenal e-mail, wuih, makin anteng aja dah di depan komputer. Punya e-mail seperti punya alamat kotak pos sendiri. Urusan komunikasi jarak jauh lebih lancar terjalin. Meski tentu saja nggak interaktif. Tapi tetap asik. Lebih keren lagi ketika era web 2.0 yang ditandai dengan munculnya blog, maka komunikasi di dunia maya jadi lebih dinamis dan lebih variatif. Bahkan melalui blog yang dimilikinya, seorang blogger bisa menyampaikan pendapatnya tanpa perlu kena sensor pihak lain. Kecuali kalo diketahui melanggar term of service yang dibuat situs penyedia blog gratis tersebut, maka situs itu bakalan dibekukan.

Bro en Sis, dunia maya itu ibarat pasar. Apa aja ada. Mau yang gratis, harga murah, dan juga harga mahal. Semua bisa diatur dan ada. Konten atau isi situs yang halal, yang subhat, bahkan yang haram tersedia di sana. Tergantung kita, apakah akan memilihnya atau tidak. Semua berdasarkan pilihan dan tentu saja ada konsekuensinya atas pilihan tersebut. Dunia maya sama seperti halnya dunia nyata, ada yang buruk dan ada yang baik. Ada yang tercela dan ada yang terpuji. Ada yang halal dan ada yang haram. Pornografi ada, judi ada, gosip bejibun, fitnah marak, motivasi kehidupan banyak, dan dakwah pun gencar. Kebaikan akan selalu berhadapan dengan keburukan. Kesalahan akan bertarung dengan kebenaran. Kelebihannya (sekaligus kekurangannya) di dunia maya, semua orang bisa jadi apa saja dan bisa jadi siapa saja. Phew!

Iya, karena meski di dunia nyata dan dunia maya bisa sama-sama berbohong, tapi di dunia maya kebohongan kita sulit dideteksi. Jika di dunia nyata orang tak mudah untuk mengelabui orang lain dengan penampilan beda jenis, tapi dunia maya hal itu bisa dilakukan. Kita hampir tidak pernah bisa melacak keberadaan seseorang apakah dia berjenis kelamin laki-laki atau wanita. Kita pun hampir tak pernah bisa mendeteksi apakah teman misterius itu baik atau jahat. Ya, di satu sisi, orang bisa ‘bersembunyi’ untuk menasihati orang lain, dan hal itu bisa menjadi kebaikan karena ingin ikhlas dalam beramal. Tapi di sisi lain, orang bisa ‘sembunyi’ untuk melakukan kemaksiatan, dan tentu bisa menjadi bahaya dan dosa bagi pelaku dan juga orang lain. Waspadalah!

Dunia maya memang lebih menggoda. Baik untuk hal yang bermanfaat maupun berbuat jahat. Sebenarnya sama dengan di dunia nyata. Orang bisa berbuat salah dan bisa berbuat baik. Namun, di dunia maya orang akan lebih ‘agresif’ karena halangan-halangan seperti minder, malu, segan, dan rasa inferior lainnya, bisa dikikis habis di balik topeng kepalsuan (jika mau). Percaya atau tidak, banyak yang sudah membuktikannya. Saya juga insya Allah banyak tahu bahwa ada orang yang lebih tampil percaya diri di dunia maya, padahal aslinya di dunia nyata dia orang yang agak minder. Well.. dunia maya memang lebih memberikan atmosfir rasa yang lain.

Seringkali bisa ‘memanipulasi’ fakta yang sesungguhnya dan bisa juga menjadi pemicu orang untuk menunjukkan kemampuan terpendamnya (termasuk aksi jahatnya).

Namun demikian, dunia maya tetaplah dunia maya. Tak selamanya kita hidup di dunia tersebut. Emangnya kalo mau nikah bisa secara virtual? Hehe.. nanti anaknya virtual juga dong? Tetap saja kita akan lebih banyak berhubungan di dunia nyata. Meski dunia maya lebih menggoda, tapi waspadalah, kita tetap hidup bersama orang lain yang bisa saja mereka berbuat nggak benar kepada kita. So, sewajarnya sajalah. Jangan sampai lupa diri, lupa daratan, apalagi lupus alias lupa usia (umur udah bangkotan tapi kelakuan kayak bocah). Jangan juga mudah percaya sama orang yang belum kita kenal, apalagi awal mengenalnya via Facebook. Kalo diajak ketemuan, tolak saja. Nggak ada jaminan kan kalo dia bakalan baik sama kita? Terus, jangan  memberikan informasi detil tentang diri kamu.  Kita nggak tahu kan, kalo kita ternyata jadi  sasaran kejahatan mereka? So, waspadalah!

Jalan Cinta Para Pejuang

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki, walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Salim A. Fillah

Mencintai Penanda Dosa

oleh Salim A. Fillah Dua-full pada 19 November 2010 jam 21:34

Dalam hidup, Allah sering menjumpakan kita dengan orang-orang yang membuat hati bergumam lirih, “Ah, surga masih jauh.” Pada banyak kejadian, ia diwakili oleh orang-orang penuh cahaya yang kilau keshalihannya kadang membuat kita harus memejam mata.
Dalam tugas sebagai Relawan Masjid di seputar Merapi hari-hari ini, saya juga bersua dengan mereka-mereka itu. Ada suami-isteri niagawan kecil yang oleh tetangganya sering disebut si mabrur sebelum haji. Selidik saya menjawabkan, mereka yang menabung bertahun-tahun demi menjenguk rumah Allah itu, menarik uang simpanannya demi mencukupi kebutuhan pengungsi yang kelaparan dan kedinginan di pelupuk mata.

“Kalau sudah rizqi kami”, ujar si suami dengan mata berkaca nan manusiawi, “Kami yakin insyaallah akan kesampaian juga jadi tamu Allah. Satu saat nanti. Satu saat nanti.” Saya memeluknya dengan hati gerimis. Surga terasa masih jauh di hadapan mereka yang mabrur sebelum berhaji.

Ada lagi pengantin surga. Keluarga yang hendak menikahkan dan menyelenggarakan walimah putra-putrinya itu bersepakat mengalihkan beras dan segala anggaran ke barak pengungsi. Nikah pemuda-pemudi itu tetap berlangsung. Khidmat sekali. Dan perayaannya penuh doa yang mungkin saja mengguncang ‘Arsyi. Sebab semua pengungsi yang makan hidangan di barak nan mereka dirikan berlinangan penuh  haru memohonkan keberkahan.

Catatan indah ini tentu masih panjang. Ada rumah bersahaja berkamar tiga yang menampung seratusan pelarian musibah. Untuk pemiliknya saya mendoa, semoga istana surganya megah gempita. Ada juru masak penginapan berbintang yang cutikan diri, membaktikan keahlian di dapur umum. Ada penjual nasi gudheg yang sedekahkan 2 pekan dagangannya bagi ransum para terdampak bencana. Semoga tiap butir nasi, serpih sayur, dan serat lelaukan bertasbih untuk mereka.

Ada juga tukang pijit dan tukang cukur yang keliling cuma-cuma menyegarkan raga-raga letih, barak demi barak. Ad dokter-dokter yang rela tinggalkan kenyamanan ruang berpendingin untuk berdebu-debu dan berjijik-jijik. Ada  lagi para mahasiswa dan muda-mudi yang kembali mengkanakkan diri, membersamai dan menceriakan bocah-bocah pengungsi. Semua kebermanfaatan surgawi itu, sungguh membuat iri.

***

“Ah, surga masih jauh.”

Setelah bertaburnya kisah kebajikan, izinkan kali ini saya justru mengajak untuk menggumamkan keluh syahdu itu dengan belajar dari jiwa pendosa. Jiwa yang pernah gagal dalam ujian kehidupan dariNya. Mengapa tidak? Bukankah Al Quran juga mengisahkan orang-orang gagal dan pendosa yang berhasil melesatkan dirinya jadi pribadi paling mulia?

Musa pernah membunuh orang. Yunus bahkan sempat  lari dari tugas risalah yang seharusnya dia emban. Adam juga. Dia gagal dalam ujian untuk tak mendekat pada pohon yang diharamkan baginya. Tapi doa sesalnya diabadikan Al Quran. Kita membacanya penuh takjub dan khusyu’. “Rabb Pencipta kami, telah kami aniaya diri sendiri. Andai Kau tak sudi mengampuni dan menyayangi, niscaya jadilah kami termasuk mereka yang rugi-rugi.” Mereka pernah menjadi jiwa pendosa, tetapi sikap terbaik memuliakan kelanjutan sejarahnya.

Kini izinkan saya bercerita tentang seorang wanita yang selalu mengatakan  bahwa dirinya jiwa pendosa. Kita mafhum, bahwa tiap pendosa yang bertaubat, berhijrah, dan  berupaya memperbaiki diri umumnya tersuasanakan untuk membenci apa-apa yang terkait dengan masa lalunya. Hatinya tertuntun untuk tak suka pada tiap hal yang berhubungan dengan dosanya. Tapi bagaimana jika ujian berikut setelah taubat adalah untuk mencintai penanda dosanya?

Dan wanita dengan jubah panjang dan jilbab lebar warna ungu itu memang berjuang untuk mencintai penanda dosanya.

“Saya hanya ingin berbagi dan mohon doa agar dikuatkan”, ujarnya saat kami bertemu di suatu kota selepas sebuah acara yang menghadirkan saya sebagai penyampai madah. Didampingi ibunda dan adik lelakinya, dia mengisahkan lika-liku hidup yang mengharu-birukan hati. Meski sesekali menyeka wajah dan mata dengan sapu tangan, saya insyaf, dia jauh lebih tangguh dari saya.

“Ah, surga masih jauh.”

Kisahnya dimulai dengan cerita indah di semester akhir kuliah. Dia muslimah nan taat, aktivis dakwah yang tangguh, akhwat yang jadi teladan di kampus, dan penuh dengan prestasi yang menyemangati rekan-rekan. Kesyukurannya makin lengkap tatkala prosesnya untuk menikah lancar dan mudah. Dia tinggal menghitung hari. Detik demi detik serasa menyusupkan bahagia di nafasnya.

Ikhwan itu, sang calon suami, seorang lelaki yang mungkin jadi dambaan semua sebayanya. Dia berasal dari keluarga tokoh terpandang dan kaya raya, tapi jelas tak manja. Dikenal juga sebagai ‘pembesar’ di kalangan para aktivis, usaha yang dirintisnya sendiri sejak kuliah telah mengentas banyak kawan dan sungguh membanggakan. Awal-awal, si muslimah nan berasal dari keluarga biasa, seadanya, dan bersahaja itu tak percaya diri. Tapi niat baik dari masing-masing pihak mengatasi semuanya.

Tinggal sepekan lagi. Hari akad dan walimah itu tinggal tujuh hari menjelang, ketika sang ikhwan dengan mobil barunya datang ke rumah yang dikontraknya bersama akhwat-akhwat lain. Sang muslimah agak terkejut ketika si calon suami tampak sendiri. Ya, hari itu mereka berencana meninjau rumah calon tempat tinggal yang akan mereka surgakan bersama. Angkahnya, ibunda si lelaki dan adik perempuannya akan beserta agar batas syari’at tetap terjaga.

“’Afwan Ukhti, ibu dan adik tidak jadi ikut karena mendadak uwak masuk ICU tersebab serangan jantung”, ujar ikhwan berpenampilan eksekutif muda itu dengan wajah sesal dan merasa bersalah. “’Afwan juga, adakah beberapa akhwat teman Anti yang bisa mendampingi agar rencana hari ini tetap berjalan?”

“Sayangnya tidak ada. ‘Afwan, semua sedang ada acara dan keperluan lain. Bisakah ditunda?”

“Masalahnya besok saya harus berangkat keluar kota untuk beberapa hari. Sepertinya tak ada waktu lagi. Bagaimana?”

Akhirnya dengan memaksa dan membujuk, salah seorang kawan kontrakan sang Ukhti berkenan menemani mereka. Tetapi bi-idzniLlah, di tengah jalan sang teman ditelepon rekan lain untuk suatu keperluan yang katanya gawat dan darurat. “Saya menyesal membiarkannya turun di tengah perjalanan”, kata muslimah itu pada saya dengan sedikit isak. “Meskipun kami jaga sebaik-baiknya dengan duduk beda baris, dia di depan dan saya di belakang, saya insyaf, itu awal semua petakanya. Kami terlalu memudah-mudahkan. AstaghfiruLlah.”

Ringkas cerita, mereka akhirnya harus berdua saja meninjau rumah baru tempat kelak surga cinta itu akan dibangun. Rumah itu tak besar. Tapi asri dan nyaman. Tidak megah. Tapi anggun dan teduh.

Saat sang muslimah pamit ke kamar mandi untuk hajatnya, dengan bantuan seekor kecoa yang membuatnya berteriak ketakutan, syaithan bekerja dengan kelihaian menakjubkan. “Di rumah yang seharusnya kami bangun surga dalam ridhaNya, kami jatuh terjerembab ke neraka. Kami melakukan dosa besar terlaknat itu”, dia tersedu. Saya tak tega memandang dia dan sang ibunda yang menggugu. Saya alihkan mata saya pada adik lelakinya di sebalik pintu. Dia tampak menimang seorang anak perempuan kecil.

 “Kisahnya tak berhenti sampai di situ”, lanjutnya setelah agak tenang. “Pulang dari sana kami berada dalam gejolak rasa yang sungguh menyiksa. Kami marah. Marah pada diri kami. Marah pada adik dan ibu. Marah pada kawan yang memaksa turun di jalan. Marah pada kecoa itu. Kami kalut. Kami sedih. Merasa kotor. Merasa jijik. Saya terus menangis di jok belakang. Dia menyetir dengan galau. Sesal itu menyakitkan sekali. Kami kacau. Kami merasa hancur.”

Dan kecelakaan itupun terjadi. Mobil mereka menghantam truk pengangkut kayu di tikungan. Tepat sepekan sebelum pernikahan.

“Setelah hampir empat bulan koma”, sambungnya, “Akhirnya saya sadar. Pemulihan yang sungguh memakan waktu itu diperberat oleh kabar yang awalnya saya bingung harus mengucap apa. Saya hamil. Saya mengandung. Perzinaan terdosa itu membuahkan karunia.” Saya takjub pada pilihan katanya. Dia menyebutnya “karunia”. Sungguh tak mudah untuk mengucap itu bagi orang yang terluka oleh dosa.

“Yang lebih membuat saya merasa langit runtuh dan bumi menghimpit adalah”, katanya terisak lagi, “Ternyata calon suami saya, ayah dari anak saya, meninggal di tempat dalam kecelakaan itu.”

“SubhanaLlah”, saya memekik pelan dengan hati menjerit. Saya pandangi gadis kecil yang kini digendong oleh sang paman itu. Engkaulah rupanya Nak, penanda dosa yang harus dicintai itu. Engkaulah rupanya Nak, karunia yang menyertai kekhilafan orangtuamu. Engkaulah rupanya Nak, ujian yang datang setelah ujian. Seperti perut ikan yang menelan Yunus setelah dia tak sabar menyeru kaumnya.

“Doakan saya kuat Ustadz”, ujarnya. Tiba-tiba, panggilan “Ustadz” itu terasa menyengat saya. Sergapan rasa tak pantas serasa melumuri seluruh tubuh. Bagaimana saya akan berkata-kata di hadapan seorang yang begitu tegar menanggung semua derita, bahkan ketika keluarga almarhum calon suaminya mencampakkannya begitu rupa. Saya masih bingung alangkah teganya mereka, keluarga yang konon kaya dan terhormat itu, mengatakan, “Bagaimana kami bisa percaya bahwa itu cucu kami dan bukan hasil ketaksenonohanmu dengan pria lain yang membuat putra kami tersayang meninggal karena frustrasi?”

“Doakan saya Ustadz”, kembali dia menyentak. “Semoga keteguhan dan kesabaran saya atas ujian ini tak berubah menjadi kekerasan hati dan tak tahu malu. Dan semoga sesal dan taubat ini tak menghalangi saya dari mencintai anak itu sepenuh hati.” Aduhai, surga masih jauh. Bahkan pinta doanya pun menakjubkan.

Allah, sayangilah jiwa-jiwa pendosa yang memperbaiki diri dengan sepenuh hati. Allah, jadikan wanita ini semulia Maryam. Cuci dia dari dosa-dosa masa lalu dengan kesabarannya meniti hari-hari bersama sang buah hati. Allah, balasi tiap kegigihannya mencintai penanda dosa dengan kemuliaan di sisiMu dan di sisi orang-orang beriman. Allah, sebab ayahnya telah Kau panggil, kami titipkan anak manis dan shalihah ini ke dalam pengasuhanMu nan Maha Rahman dan Rahim.

Allah, jangan pula izinkan hati kami sesedikit apapun menghina jiwa-jiwa pendosa. Sebab ada kata-kata Imam Ahmad ibn  Hanbal dalam Kitab Az Zuhd yang selalu menginsyafkan kami. “Sejak dulu kami menyepakati”, tulis beliau, “Bahwa jika seseorang menghina saudara mukminnya atas suatu dosa, dia takkan mati sampai Allah mengujinya dengan dosa yang semisal dengannya.”

-salim a. fillah, www.safillah.co.cc-

***

NB: sahibatul hikayah berpesan agar kisah ini diceritakan untuk berbagi tentang betapa pentingnya menjaga iman, rasa taqwa, dan tiap detail syari’atNya di tiap langkah kehidupan. Juga agar ada pembelajaran untuk kita bisa memilih sikap terbaik menghadapi tiap uji kehidupan. Semoga Allah menyayanginya.

Sabtu, 06 November 2010

The Science of Happiness




Manusia sepanjang umurnya mencari letak, dimanakah bahagia berada. Segala upaya dikerahkan, untuk mencari tahu bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan.
Tahun 2004 silam sebuah film dokumenter tentang Imam al Ghazali dirilis di Inggris dan disutradari oleh, Abdul Latif Salazar. Tidak terlalu panjang filmnya, hanya berdurasi sekitar 1 jam 20 menit saja. Dan tentu saja tidak akan pernah mampu merekonstruksi kehidupan Imam al Ghazali yang demikian besar sumbangsihnya pada dunia Islam dan demikian hebat pergumulan pemikiran yang dilaluinya.
Jika ada waktu, Anda bisa mendapatkannya. Download saja dari you tube dengan judul The Alchemist of Happiness. Sebuah film pendek yang sangat menarik, sebuah upaya menemukan kebahagiaan dan arti manusia yang sesungguhnya.
Salah satu scene menceritakan tentang periode Imam al Ghazali yang dirampok di tengah perjalannya. Imam al Ghazali nampak melindungi sebuah kitab di balik jubahnya. Sang perampok yang merasa tertarik mencoba untuk meminta. “Ini tak berharga untukmu,” kata Imam al Ghazali.
“Lalu mengapa kau melindunginya, seperti ia sangat berharga?” tanya sang rampok.
“Karena ia memang sangat berharga. Ilmu pengetahuan dan kumpulan hikmah,” jawab Imam al Ghazali. Lalu sang rampok merebut kitab itu, menebarnya di udara dan angin membawa pergi lembaran-lembaran yang sangat berharga itu.
“Ilmu dan hikmah, letaknya di sini dan sini!” kata sang rampok sambil menunjuk dada dan kepalanya.
Hari itu Imam al Ghazali merasa mendapatkan pelajaran yang sangat berharga. Ia merasa bahwa Allah mengirim khusus sang perampok untuk mengingatkan dirinya. Bahwa memang sepatutnya ilmu dan hikmah berada di dalam dirinya. Bukan di luar, di dalam kitab dan lembaran-lembaran yang banyak jumlahnya. Lalu Imam al Ghazali mulai menghafal semua ilmu yang berhasil dikumpulkan.Tak hanya menghafal, ia juga berusaha sekuat tenaga untuk menjadi ilmu yang mengejawantah.
Imam al Ghazali, menemukan sesuatu yang selama ini ia cari. Tak jauh-jauh, di dalam dirinya sendiri dan menanti untuk ditemukan oleh diri sendiri. Begitu juga dengan kebahagiaan, ia tak pernah jauh. Kebahagiaan hanya perlu ditemukan di dalam diri kita sendiri.
Tentu saja, kebahagiaan bukanlah rumusan terbuat dari, melainkan terdiri atas. Banyak ramuan dan tak pernah tunggal. Dan beberapa di antaranya justru terkesan bertolak belakang. Misalnya saja rasa takut. Betul, sangat kontradiksi. Dan memang kontradiksi, seperti kebahagiaan itu sendiri. Kemana-mana kita mencari, jauh berkelana, tapi ternyata bertemu di dalam diri sendiri.
Dalam salah satu firman-Nya Allah menjelaskan, “…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Faathir: 28)
Sungguh Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa takut kepada Allah tentulah dia akan berangkat sejak permulaan malam. Dan barangsiapa berangkat di permulaan malam, niscaya akan sampai di tempat tujuan. Ingatlah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Dan ingatlah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” (HR Tirmidzi)
Tentu mereka yang berilmu akan lebih tahu, kenapa manusia harus lebih takut kepada Allah SWT. Sebab para ulama mengetahui, seumur hidupnya manusia sedang melakukan transaksi dengan Allah SWT dalam hal pembelian surga. Dan surga, tak pernah murah harganya. Apalagi yang membuat manusia lebih bahagia daripada surga-Nya?
Mereka yang berhak atas surga-Nya adalah mereka yang paling takut kepada-Nya. Karena rasa takut itu, makhluk langit menyintainya. Dan ketika makhluk langit menyintainya, maka seluruh makhluk bumi juga akan menyintainya. Hanya iblis dan para begundalnya yang akan terus membenci dan berusaha mencelakai.
Maka tak heran betapa dahsyat usaha para sahabat nabi memelihara rasa takut kepada Allah di dalam hati dan hidupnya. Ibnu Abbas misalnya, di bawah kelopak matanya terdapat sepasang garis karena bekas air mata yang mengalir terus menerus membasahi pipinya. Umar ibnul Khattab, pernah jatuh sakit setelah membaca ayat-ayat al Qur’an yang berisi kabar hari akhir.
Bahkan Umar ibnul Khattab pernah berkata, “Wahai diri, andai saja aku ini makanan ternak. Andai saja aku menjadi sesuatu yang tak akan ditanya atau disebut lagi. Andai saja ibuku tak pernah melahirkan aku. Andai saja aku seekor unta yang mati karena terlantar di tepi sunga Eufrat. Aku benar-benar takut bila Allah meminta pertanggungjawaban kepada pada hari kiamat nanti.”
Bahkan sirah pernah mencatat, Abu Hurairah pingsan tak sadarkan diri sebanyak tiga kali ketika menceritakan sebuah hadits tentang tiga orang yang mula-mula dibakar oleh api neraka.
Kemana rasa takut itu kini? Hilang dan menguap dari kehidupan kita. Masihkah kita memiliki ketakutan yang sama?
Kita nyaris tak pernah takut. Surga dan neraka, nyaris kita anggap hanya cerita. Berpikir surga dan neraka hanya untuk mereka yang rendah dan tak canggih pemikirannya. Bahkan kita tak dibenarkan memiliki rasa takut pada Allah SWT. Lihat saja, sebuah buku terbit dengan bangga, mencantumkan judul dengan pongah: Beriman Tanpa Rasa Takut.
Apakah hidup seperti ini yang kita cari? Akan kemanakah semua ini mengarah?
Logika dan nalar telah dibalik-putarkan. Yang tak memelihara rasa takut dalam keimanan, disebut jenius dan brilian. Sebaliknya, mereka yang memelihara takut kepada Allah disebut jumud dan ketinggalan.
Ibnu Taimiyah suatu hari pernah berkata tentang hal ini. “Setiap orang yang durhaka kepada Allah adalah orang yang bodoh. Dan setiap orang yang takut kepada Allah adalah orang yang pandai lagi taat.”
Beruntunglah orang-orang yang takut. Karena mereka akan berhati-hati. Berbahagialah orang-orang yang takut. Karena mereka akan mengubah diri dan mempersiapkan bekal yang lebih baik lagi.
Lalu hanya ada sesal bagi mereka yang terbuai dalam lalai. Sebab waktu tak bisa berputar ke belakang dan tak pula bisa dihentikan.
Cinta dunia akan menghalangi hati kita takut kepada Allah. Teman yang buruk juga melunturkan rasa takut kita kepada Allah.
Tentu saja alasan di atas hanya dua di antara seribu, mungkin sejuta penyebab tumpulnya hati kita. Tapi setidaknya kita sudah mampu mengidentifikasi dua penyebabnya. Lalu setelah itu, kita akan mencoba mengucapkan doa yang dipanjatkah Rasulullah saw kepada Rabbnya.
“Ya Allah, anugerahilah kami rasa takut kepada-Mu yang dapat menghalangi antara kami dan kedurhakaan kepada-Mu.” (HR. Tirmidzi)
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu untuk selalu takut kepada-Mu. Baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.” (HR. An Nasa’i)

Jumat, 05 November 2010

Instal Ulang Hati


Istilah instal di gunakan dalam bidang komputerisasi adalah memasukkan suatu program ke dalam komputer supaya aplikasi atau program tersebut bisa di jalankan di komputer.
Instal ulang berarti program sudah pernah diinstal atau sudah pernah berjalan, tetapi mengalami error yang disebabkan oleh virus, terhapusnya beberapa registry atau sebab-sebab yang lain.

Untuk menginstal ulang sebuah komputer, terutama instal ulang sistem operasi maka sedikitnya ada 2 hal yang perlu dilakukan; yang pertama format dan yang kedua proses instal itu sendiri.

Format adalah penghapusan dan penyususnan baru cluster-cluster yang ada di dalam hardisk, sehingga program yang sebelumnya ada di hapus hais tanpa tersisa. Setelah itu baru proses penginstalan atau proses mamasukan program ke dalam harddisk supaya bisa berjalan di komputer.

Jadi dengan kata lain proses instal ulang adalah yang pertama pengosongan dulu yang program yang sudah ada, setelah itu baru masukkan program yang masih brsih dari virus, masih bagus, masih OK dan sebagainya.

Oke... sekarang baru masuk ke materi sesungguhnya.

Tentang inslal ulang hati.
Alloh SWT telah mengajarkan cara instal ulang hati kita, sedikitnya dengan 2 buah kalimat yang mungkin setiap hari sering kita baca.
Yang pertama kalimat " LAA ILAHA ILLA LLOH"
dan yang kedua kalimat " LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAHIL 'ALIYIL ADZIIM"

Coba kita perhatikan kalimat "LAA ILAHA ILLA LLOH"
Pada kata "LAA ILAHA" adalah seperti proses format, yaitu pengosongan hati kita dari segala sesuatu yang di anggap Ilah, pokoknya gak ada apapun di dalam hati kita... kosong song...
Baru di lanjutkan dengan kata "ILLA LLOH" "Kecuali Alloh" adalah seperti proses instal yaitu pengisian program yang masih bersih, jauh dari virus dan kerusakkan.
Jadi di bersihkan dulu baru diisi dengan yang paten, OK, Original dan sebagainya.

Begitupun dengan kalimat La Haula wa Laa Quwwata Illa BiLlahil'aliyyil Adzim"

Maaf gak sempet bahas ni, kurang lebih sama lah dengan yang di atas. Monggo kalo ada yang mau bahas.

Wassalamualaikum...
mau buka puasa dulu...

myquran.com
 

Followers

Blogger Tricks

free counters