Kamis, 17 Februari 2011

Antara Kebutuhan dan Keinginan

Antara kebutuhan dan keinginan pada diri seorang manusia selalu menjadi pertentangan batin tersendiri. Seseorang harus benar-benar mendengarkan suara hati (nurani) yang terdalam untuk memastikan keputusannya sesuai secara proporsional. Sesuatu yang didasari oleh rasa ingin, biasanya didorong oleh hawa nafsu. Sedangkan kebutuhan adalah sesuatu yang memang perlu dipenuhi. Namun, kadang porsi keinginan selalu lebih besar daripada kebutuhan. Terlebih lagi jika memiliki harta dan posisi (jabatan) yang menjanjikan.


Besarnya keinginan daripada kebutuhan didasari karena adanya pergeseran sistem nilai dari yangidealistic menuju sensate norms. Pada norma idealistic, manusia masih memandang bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara, maka tidak perlu terlalu cinta dunia. Oleh karena itu, pada norma ini, manusia masih memegang teguh nilai-nilai Ketuhanan. Sedangkan norma sensatedicirikan oleh adanya budaya hedonisme, materialisme, atau manusia yang sudah terlalu cinta dunia.

Hal yang menjadi permasalahan adalah keinginan untuk memuaskan nafsu sensoris manusia tidak ada batasnya. Bahkan, semakin banyak manusia memiliki harta, akan semakin menggebu-gebu tingkat keinginannya. Kecintaan terhadap dunia ibarat meminum air laut, semakin banyak diminum akan semakin haus, sehingga tidak akan pernah terpuaskan dahaganya. Keinginan manusia yang tidak ada batasnya itu dihadapkan dengan ketersediaan sarana dan sumber daya yang terbatas. Hal inilah yang membuat manusia cenderung bersikap “aji mumpung” jika ada kesempatan sekecil apapun datang menghampiri.

Sebagai jalan keluar yang harus ditempuh adalah bagaimana belajar mengendalikan diri dari nafsu duniawi yang tidak ada batasnya. Tentu hal ini akan sangat berhubungan dengan bagaimana membangkitkan kesadaran spiritualitas manusia. Dengan kesadaran spiritualitas itu, akan membangkitkan kesadaran pada diri manusia bahwa kehidupan dunia adalah sebuah ilusi. Hendak kemana harta-harta kita dibawa? Mau diapakan kemewahan dunia yang kita pelihara?Toh, dunia tetap disini saja. Tidak ada yang dibawa mati, kecuali amal-amal kita. Kecuali, jika harta yang kita miliki dimanfaatkan sebagai bekal kematian.

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, tapi orang yang paling banyak keinginannya terhadap dunia. Mereka tidak pernah merasa cukup dengan apa yang ada. Selalu saja merasa kurang. Apa artinya banyak harta jika kita tidak pernah merasa cukup? Agar hati tetap kaya, lepaskan belenggu dari keinginan terhadap dunia, pastikan hanya yang kita butuhkan saja. Semakin banyak keinginan terhadap dunia, akan semakin memenjarakan hati kita.

oleh Rizal Dwi Prayogo


tilawah ba'da isya

Dalam Dekapan Ukhuwah (Part 2)

Bismillah…


Akhina.. mendalami agungnya cerita para sahabat yang terlingkar dalam dekapan ukhuwah, membuatku banyak menerawang semua kisah yang mungkin sangat tak berbekas dibanding mereka..

Hanya saja, cerita-cerita sederhana itu, seperti menjadi kenangan-kenangan yang akan selalu membuat saya berkata ke dalam diri.. “bahwa dalam dekapan ukhuwah, kutemukan jalan cinta untuk Yang Maha Cinta..” Sejatinya, ia bukan hanya sekedar membuatku lapang dalam sempit, atau merasa sangat antusias meski lelah, lebih dari itu semua, dalam dekapan ukhuwah mengajarkan kepadaku untuk lebih memahami bahwa persaudaraan yang kokoh berdiri adalah jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita.. “Akankah kita mampu bertahan ?”…

Dalam dekapan ukhuwah akhina… Kudo’akan kita masih Istiqomah, kita tak mau kalah untuk berkeringat, kita tak mau resah untuk sebuah pekerjaan yang terasa berat..
Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kutitipkan semua kekuatan yang mungkin aku punya dan kau tak punya, agar ia terbang bersama, kemudian kita mampu saling bertukar semangat…

Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kukirimkan setumpuk harap yang sederhana, namun berharap ia mampu saling menguati, kalimat sederhana ini hanyalah catatan-catatan bagi cerita perjalanan kita yang tak banyak diketahui orang selain diri kita, Allah dan orang-orang yang ikhlas bersama-Nya..

Dalam dekapan ukhuwah akhina… Kutanamkan ikhlas sebagai pedoman, kusemai iman sebagai kekuatan, dan kusuburkan keyakinan sebagai jawaban dari setiap persoalan.. Seperti hamparan kisah Hajar dengan keyakinannya pada Allah, seperti tumpukan rasa yakin Yunus as dalam do’a-do’a penuh penghambaannya.. Semuanya akhina, ikhlas, iman, dan keyakinan yang kokoh mengakar dalam diri kita yang akan membuat kita memahami kenapa Sayyid Qutb tersenyum tenang menjelang syahid, kenapa Yusuf Qardhawi dengan tenang melanjutkan syuro ketika masih dalam keadaan lapar, atau ketika para pendahulu dakwah ini berlelah-lelah untuk sekedar menyampaikan kalimat-kalimat tausyiah bagi para pejuang yang haus akan cinta-Nya..

Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kusadari, bahwa setiap perjuangan bukanlah hal yang mudah. Ia meleburkan semua kebahagiaan, menghapus semua sifat pengandaian kita, menghujam dan menusuk semua sifat kemalasan kita, hanya saja, disetiap akhir cerita yang panjang dan menguras tenaga ini, Allah selalu menggantinya dengan kebahagiaan yang merasuk, kenyamanan yang membumi, hingga getar-getar cinta yang agung dan merambat di dalam jiwa-jiwa kita agar selalu tunduk pada-Nya..

Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Kupelajari satu yang tak pernah kudapat dari yang lain. Bahwa bekerja bukan hanya berarti melakukan apa-apa yang kita cintai. Namun bekerja, juga merupakan terjemahan dari berlelah-lelah bagi apa yang kita tidak sukai, bahkan sekalipun itu menyangkut dengan kenyamanan hidup kita. Maka karena kita telah berani untuk bersumpah dan bekerja bersama-Nya, jadilah hati dan jiwa kita takkan pernah habis di isi kekuatan oleh-Nya untuk bergerak, takkan pernah habis diisi dengan mata air segar yang selalu memancarkan kebaikan dalam episode-episode hari kita.. Dalam dekapan ukhuwah akhina.. Aku belajar semuanya…

Akhina…
Aku, kamu dan kita semua, pernah merasa tak layak untuk sekedar berjuang dalam dekapan ukhuwah.. Mungkin karena kurangnya ilmu, kurangnya amal dan kurangnya iman di dalam diri.. Namun, karena dalam dekapan ukhuwah telah menawarkan sejuta cinta yang menggetarkan untuk-Nya, maka karena-Nya, aku akan terus bertahan, terus meretas jalan perjuangan, dan terus berlelah-lelah untuk menggapai kemenangan.. Dalam dekapan ukhuwah akhina.. berharap semuanya juga mampu kita rasakan dan kita amalkan..

Akhina..
Diakhir tulisan ini aku berharap, akhir dari dalam dekapan ukhuwah kita, bermuara pada telaga kautsar yang disampingnya telah ditunggu oleh Sang Lelaki Mulia, Nabi Muhammad saw.

~ Yusuf Al Bahi ~
Inspiring from Dalam Dekapan Ukhuwah, Salim A. FIllah


Panitia Walimahtul 'Ursy akh Parlin

Outbond Tafakur Alam ROHIS 23
Peserta 'itikaf di masjid BI
Para Pencari TUHAN ('itikaf 2010)

Pernah Ada Masa-Masa

pernah ada masa-masa dalam cinta kita

kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu


pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai


di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman
bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api


kubaca cendikiawan dinasti ming, feng meng long
menuliskan sebaitnya dalam ‘yushi mingyan’;
“bungapun layu jika berlebih diberi rawatan
willow tumbuh subur meski diabaikan”


maka kitapun menjaga jarak dan mengikuti nasihat ‘ali
“berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”


padahal saat itu, kau sedang dalam kesulitan
seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan
maka seolah aku telah membiarkan
orang bisu yang merasakan kepahitan
menderita sendiri, getir dalam sunyi
-ataukah memang sejak dulu begitulah aku?-


dan sekarang aku merasa bersalah lagi
seolah hadirku kini cuma untuk menegur
hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan
bukan lagi penguatan, bukan lagi uluran tangan
-kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita
hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-


kini aku hanya menangis rindu membaca kisah ini;
satu hari abu bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya
terlunjak jalannya, tertampak lututnya, gemetar tubuhnya
“sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “sedang kesal
maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya..”


“antara aku dan putera al khaththab”, lirih abu bakr
dia genggam tangan nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam
“ada kesalahfahaman. lalu dia marah dan menutup pintu rumah.
kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya,
tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan.”


tepat ketika abu bakr selesai berkisah, ‘umar datang dengan resah
“sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda
“lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah

“hanya abu bakr seorang yang langsung mengiya, ‘engkau benar!’
lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya.
masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?”


‘umar berlinang, beristighfar dan berjalan simpuh mendekat
tapi tangis abu bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas
katanya, “tidak ya Rasulallah.. tidak.. ini bukan salahnya..
demi Allah akulah memang yang keterlaluan..”
lalu diapun memeluk ‘umar, menenangkan bahu yang terguncang


ya Allah jika kelak mereka berpelukan lagi di sisiMu
mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami
pada pundak, pada lengan, pada nafas-nafas ini..


outbond Tafakur Alam
 

Followers

Blogger Tricks

free counters