Senin, 22 November 2010

SESAAT UNTUK SELAMANYA

Oleh Lathifawati Hikmah pada 14 November 2010 jam 23:16

hem, sering orang mendengar KESETIMBANGAN di kimia . sering orang belum memahami atau mengerti kesetimbangan . kesetimbangan sebenarnya berada pada diri masing-masing . kesetimbangan itu bisa diukur, dinilai, dan dipahami diri masing masing.

Allah menciptakan manusia dengan tujuan agar manusia taat dan bertaqwa kepada Allah SWT, tapi semua itu bermacam-macam setelah manusia diciptakan . di dalam diri manusia mempunyai hati, pikiran, dan nafsu . makanya sisi manusia ada yang baik ada yang salah, ada yang baik ada yang jahat . itu semua yang membuat manusia berubah-ubah.

dunia akhirat? kadang hanya sebagai ceramahan sesaat . tanpa ia sadari waktu yang terus berlanjut akan membuktikan semuanya . di dunia ini tak ada yang kekal dan mempunyai kekuasaan untuk mengendarai keadaan dan kehidupan dunia ini . semua yang diberi kedudukan sebagai khalifah, itu hanya agar khalifah itu menjaga saudara-saudaranya terhadap ancaman, dosa, dan kesalahan . khalifah bukan untuk memerangi saudara antar saudara, bukan membela untuk hak dirinya, dan bukan untuk keegoisan semata.

sungguh ALLAH maha ADIL . "diciptakan tapi tak melaksanakan perintahnya maka ia berdosa, dan sebaliknya jika ia melaksanakan perintahnya ia mendapat pahala" (ia disini untuk ciptaannya) . sungguh ALLAH maha KUASA . apa yang ada di dunia diriNYA kendalikan karena diriNYA lah yang menciptakan.

apa yang dilakukan untuk dunia hanya mendapatkan dunia saja . tapi jika niat untuk Allah maka insyaAllah dunia dan akhirat akan didapatkan . SAUDARAKU, jangan pernah menyesali apa yang sudah diperbuat tapi renungkanlah, intropeksilah . jika itu disesali malah akan membuat diri jadi sedih dan sakit rohani jasmani . jangan pernah menyalahkan suatu hal yang membuat diri semakin terpuruk karena tak akan ada kebaikan didalamnya malah akan menambah keburukan dan keterpurukan pada diri sendiri.

pesanku : "SAUDARA-SAUDARAKU SERUKANLAH KEBENARAN DAN KEBAIKAN KEPADA SAUDARAMU YANG LAIN AGAR MEREKA MENGERTI KENAPA MEREKA DICIPTAKAN, BAGAIMANA BISA MEREKA DICIPTAKAN, SIAPA YANG MENCIPTAKAN MEREKA. TAPI INGATLAH MENYERUKAN SEMUA INI DENGAN TETAP BERPEGANG TEGUH PADA AL-QURAN DAN HADITS."

nb : ini hanya sesaat tapi untuk selamanya karena dakwah itu tak mengenal diam atau berhenti. tapi, orang yang mendakwahkan wajib beristirahat untuk kesehatan jasmaninya. ini hanya sesaat tapi akan berbuah keindahan :)

A L U M N I

Berbagi cerita tentang rohis sma negeri 23, atau biasa kita singkat rohis 23, yang begitu teringat dibenak kita adalah para alumninya, betapa kehadiran dan kontribusi mereka sangat dirindukan. Mungkin belum begitu terasa saat ini bagi yang sekarang masih menikmati waktu sekolah, tapi bagi para pengurus rohis alumni adalah sumber kekuatan kami dalam bergerak, kehadiran mereka begitu dirindukan. Pun bagi kami saat ini yang telah menjadi alumni, kerinduan kami pada para alumni-alumni sebelum kami yang dahulu membentuk “karakter” kami begitu kuat. Ruh-ruh kami begitu merindukannya dari kejauhan ruang dan keterbatasan waktu.

Terasa hambar rasanya sebuah kegiatan yang rohis angkatkan, tanpa kehadiran alumni. Ketika salah seorang alumni yang berkesempatan hadir mengikuti sebuah acara rohis, yang ditanyakan pertama kali oleh anak-anak rohis adalah “alumni yang lain mana kak?” kemudian percakapan menjadi hening sejenak, karena sang alumni tidak tahu harus menjawab apa?

Dalam sebuah kesempatan saat kami bersilaturrahim ke rumah salah seorang alumni, kami bercerita banyak tentang kondisi rohis hari ini dan kondisi rohis kemarin, suka dan duka bercampur dalam percakapan kami. Diskusi yang cukup singkat, namun menghasilkan satu pesan singkat yang padat, betapa kami para alumni pun begitu merindukan momen-momen dan kebersamaan seperti dahulu.

Kami lupa dengan betapa jenuhnya kami dahulu menghadiri rapat-rapat sepulang sekolah atau rapat diluar waktu sekolah. Rapat persiapan Tafakur Alamlah, rapat Hari Besar Islam lah, rapat inilah, dan rapat itulah, walaupun saat rapat itu ada alumni juga. Namun kami tidak akan pernah lupa, saat kami bersama para alumni, mendaki ketinggian curug untuk merasakan segarnya air terjun! Bersama para alumni rapat di penghujung malam di lokasi Tafakur Alam untuk mempersiapkan acara Tafakur Maut, acara Riyadhoh, atau games. Bersama para alumni yang tidak pernah malu menangis di samping kiri dan kanan kami saat bermuhasabah bersama kami selepas qiyamullail. Kami tidak akan pernah lupa saat kami makan bersama para alumni dalam satu talam/nampan, menikmati hidangan yang telah dipersiapkan oleh para pengurus rohis dalam sebuah acara.

Singkat memang masa-masa SMA yang kita rasakan, hanya tiga tahun, tapi kalo ada yang lebih cepat dari tiga tahun ataupun lebih lambat dari dua tahun, pasti itu murid-murid “ruarr biasa!”. Tiga tahun berlalu setelah melewati masa SMA, kali ini kami merasakan jadi alumni. Jujur, tiga tahun berlalu ataupun lebih dari itu, mungkin di benak sebagian para alumni rohis, kenangan semasa SMA yang begitu kuat adalah kenangan selama mengikuti kegiatan rohis ketimbang kenangan-kenangan lainnya.

Mengikuti kegiatan rohis, emosi kami terlibat, karena kami begitu menikmati setiap kegiatan-kegiatan yang diangkatkan, melewati banyak rintangan bersama, sehingga kami begitu mengingatnya. Entah kenapa walupun sebagian kita pernah menjadi duta yang diutus sekolah untuk mengikuti sebuah lomba atau kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh lembaga atau institusi pendidikan lainnya, kami tidak begitu ingin mengingatnya, walaupun saat itu kami pernah memiliki perasaan bangga. Bangga karena umumnya yang diutus untuk lomba-lomba dan seminar adalah anak rohis! Itu aja!.
Menjadi alumni yang mau berkontribusi dengan da’wah sekolah adalah pilihan. Kenapa pilihan, karena tidak dipaksakan, karena jika tidak mau berkontribusi juga tidak berdosa. Adalah pilihan kita sebagai alumni untuk hanya memantau maju mundurnya da’wah sekolah ini “dari jauh” atau “dari dekat”. Adalah pilihan kita sebagai alumni untuk “hanya melihat” segelintir alumni lainnya yang turun dalam da’wah sekolah, atau ikut terlibat. Karena jika kita tidak dapat berkontribusi dalam da’wah sekolah, toh kita sering berhusnudzon pada diri kita sendiri bahwa “pasti ada alumni lain yang turun ke sekolah.

Hukumnya berkontribusi dalam da’wah sekolah bisa dibilang “fardhu kifayah” seperti kita menshalatkan jenazah. Seperti itukah...? Jika sudah ada sebagian yang mengerjakannya, maka yang lain tidak berdosa jika tidak mengerjakannya...! seperti itukah? Dan betapa sudah zalimnya kita terhadap saudara-saudara kita yang lain.
Jika dimisalkan hanya ada dua orang alumni yang turun untuk berkontribusi da’wah sekolah, misalnya seperti Ka Tuti dan Ka Rio, atau Ka Syarif dan Ka Amir, atau Ka Tia dan Ka Antika, atau Ka Mutia dan Ka Fatimah, atau Ka Parlin dan Ka Junaedi? apakah artinya keberadaan mereka sudah merepresentasikan kontribusi-kontribusi alumni yang lainnya? Dua orang itu, mereka membina anak-anak rohis setiap pekannya, mengisi acara mentoring anak-anak rohis, mereka juga mengupayakan untuk menghadiri acara rohis setiap hari jum’at, seperti mengisi acara keputrian ataupun shalat jum’at, mereka juga menemani anak-anak rohis dalam membimbing dan mengarahkan pengurus rohis saat rapat-rapat kecil mereka mempersiapkan acara, mereka juga harus mengalokasikan waktu untuk rapat-rapat “langit” mengenai evaluasi kondisi dan acara rohis dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke tahun. Singkatnya segelintir alumni yang dapat terjun dalam da’wah sekolah, maka segelintir itu pula yang harus memikirkan agenda-agenda rohis, menjalankan agenda rohis, mengevaluasi, dan memikirkan langkah-langkah strategis selanjutnya.

Jika rohis hari ini sedang “sakit”, maka tolong bantu kami melakukan general check-up, seberapapun mahal biayanya! Tolong periksa kesehatan secara menyeluruh bagian organ tubuh rohis agar dapat diketahui dimana saja sumber penyakitnya, jika dimisalkan rohis itu seperti organ tubuh, maka periksa bagian-bagian mana dari tubuh rohis yang tidak berfungsi dengan baik. Sebagai sebuah organisasi, bagian-bagian organ tubuh rohis adalah para stakeholdernya, mulai dari pengurus rohis, anggota rohis, para alumni dan pembina rohisnya. Bagaimanakah keadaan tubuh alumninya? Sakitkah? Bagaimanakah keadaan para pengurus rohisnya? Berjalan sendiri kah? Bagaimana keadaan pembina rohisnya? Benar-benar membina kah? Atau malah membinasakan!, bagaimanakah keadaan rumah tangga rohis??? Ada begitu banyak yang kurang sehat?. Jika diibaratkan rohis seperti pasien yang ingin sembuh, maka ada banyak tes-tes kesehatan yang harus dijalankan, dan sejumlah obat-obatan yang harus diminum agar cepat sembuh. Jauh sebelum kesembuhan itu hadir, maka harus di tanamkan keyakinan bahwa “mencegah lebih baik dari pada mengobati,” agar kelak tidak jatuh kembali di lubang yang sama.

Selepas SMA, alumni menjadi murid baru. Murid baru di kampusnya bagi yang berkesempatan melanjutkan studi ke perguruan tinggi, atau murid baru di dunia kerjanya. Ingin rasanya melakukan sebuah penelitian seperti orang-orang kuliahan sana, meneliti kenapa para alumni memiliki keterbatasan waktu, keterbatasan finansial, keterbatasan kehadiran, dan keterbatasan lainnya untuk membantu kami, adik-adiknya di rohis sma negeri 23.

Alumni yang belum bekerja atau belum kuliah, atau masih menganggur, entah kenapa mereka memiliki keseganan tersendiri untuk turun melihat semangat da’wahnya adik2 kita di rohis 23. Setelah bekerja mereka disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga belum ketemu juga waktu yang tepat untuk turun ke 23. Setelah kuliah mereka disibukkan dengan padatnya jadwal kuliah dan organisasi mereka di kampus, atau disibukkan dengan Tugas Akhir, sehingga lagi-lagi memang waktu untuk turun ke rohis 23 harus dikorbankan. Setelah lulus kuliah, mereka bekerja, dan kemudian berkeluarga, maka kesibukan alumni menjadi plus-plus-plus, maka waktu untuk turun ke 23 juga belum ada. Jadi, ya mantau da’wah 23 dari jauh aja deh! Ucap beberapa alumni. Atau beberapa orang alumni yang malu untuk turun berkontribusi di rohis 23, karena mereka merasa kurang percaya diri dan karena rasanya tidak ada yang dapat mereka berikan untuk adik-adik mereka di rohis 23. Hmmmm...! padahal hadirnya mereka ke 23 saja disetiap mereka ada kesempatan adalah suplemen bagi alumni lainnya atau bagi adik-adik di rohis. Entah siapa yang salah, kesibukan alumni yang padatkah, atau adik-adik kita di rohis kah...?

Untuk beberapa orang alumni yang telah menginisiasi atau merintis wadah bagi para alumni agar dapat berkontribusi bagi da’wah sekolah secara lebih teratur dan terarah, sungguh kami para alumni mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi. Adanya wadah FIKRA atau Forum Silaturrahim dan Ukhuwah Rohis Alumni SMAN 23 Jakarta (http://fikra-rohis23.blogspot.com) sungguh sangat bermanfaat, semoga dapat diberdayakan dan dikelola menjadi lebih baik.

Untuk segelintir alumni telah mengorbankan waktu, pikiran, dana, kesehatan, emosi, ruhiyah, dan sebagainya, semoga pengorbanan kalian menjadi amal terbaik (ahsanu ‘amala) yang memperberat timbangan kebaikan kita dihari akhir kelak. Mungkin pengorbanan kita yang sudah “habis-habisan” rasanya tidak dihargai oleh alumni yang lain,,,mungkin belum dirasakan perannya, atau mungkin belum dirasakan effect-nya,,,mungkin loh! Sungguh wajar jika segelintir alumni itu berkeluh kesah pada batas tertentu dan menjadikan dinding fb sebagai tembok ratapan...wajar saja! Namun di kedalaman hati, mereka punya doa-doa yang dalam, doa-doa yang optimis, doa-doa membuat wajah mereka menenggakkan kepala, bahwa suatu hari kelak perjuangan mereka akan menjadikan generasi-genari selanjutnya yang lebih kuat.

Sosok Pemuda Ideal di Mata Allah


Jumat, 29 Oktober 2010, 10:50 WIB
   
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kata-kata pemuda dalam Alquran diistilahkan dengan fatan, seperti firman Allah SWT pada surah al-Anbiya [21] ayat 60 tentang pemuda Ibrahim. "Mereka berkata, 'Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim'."

Bentuk jamak dari fatan adalah fityah (pemuda-pemuda), seperti kisah pemuda-pemuda Ashabul Kahfi pada surah al-Kahfi [18] ayat 13. "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya, mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk."

Dalam hadis, pemuda sering diistilahkan dengan kata-kata syaabun. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa di antara tujuh kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah syaabun nasya'a fii 'ibaadatillaah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah SWT).

Eksistensi dan peranan pemuda sangat penting. Dalam Alquran ataupun hadis, banyak diungkapkan karakteristik sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai orang atau pemimpin sukses. Pertama, memiliki keberanian (syaja'ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Lalu, siap bertanggung jawab serta menanggung risiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala kecil, lalu menggantungkan kapaknya di leher berhala yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah SWT) sama sekali tidak ada manfaatnya. Kisah keberaniannya dikisahkan dalam surah al-Anbiya [21]  ayat 56-70.

Kedua, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah [2]: 260). Ketiga, selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul-Kahfi yang dikisahkan Allah SWT pada surah al-Kahfi [18] ayat 13-25. Jadi, berkelompok bukan untuk hura-hura atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24. Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan. Hal itu dicontohkah pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang hingga ia menjadi pemuda yang  bergelar al-amin (tepercaya) dari masyarakatnya.

Dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam Alquran dan hadis diharapkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia masa kini. Wallahu a'lam.
 

Followers

Blogger Tricks

free counters