Kamis, 14 April 2011

Facebook-Mu Harimau-Mu



Curhat, curhat, share, share lalu tunggu komentar teman, begitulah aktivitas akhwat dan ummahat yang sadar IT. Yap, bagi yang banyak waktu luang, banyak masalah dan pastinya banyak uang amat rentan kecanduan share di jejaring sosial. Tapi, ada aturan main di dunia maya yang sebenarnya mirip aturan di dunia sebenarnya, kenapa saya bilang mirip?
Semua berawal dari fenomena (kegelisahan saya sebenarnya), bahwa ada yang membedakan gaya bersosialisasi di dunia maya dan dunia riil. Paling gampang adalah, ada akhwat atau ummahat yang di dunia riil sangat menjaga pergaulan dengan nonmahrom tapi sayangnya di dunia maya dia punya banyak teman laki-laki nonmahrom yang akan dengan mudahnya nimbrung komentar di tiap statusnya.

Well, kita berjuang ghadul bashor di lingkungan sekitar atau kampus tapi bebas ber “hai” ria di jejaring sosial, buat apa kita diam membisu saat bertemu tapi di jejaring social kita saling curhat, Masya Alloh. Bukankah aturan menjaga muru’ah (kehormatan diri) juga berlaku dimanapun kita berada, termasuk di dunia maya sekalipun. Jika kita bisa mengaplikasikan aturan main menjaga pergaulan dan menjaga izzah di dunia riil, mestinya kita juga bisa dan mau menerapkannya di dunia maya. Bahkan dalam mendakwahi lawan jenispun ada SOP-nya, tidak dengan dalih berdakwah lantas kita terima ikhwan-ikhwan jadi teman “maya” kita.

Saya merasa cemburu saat ada ummahat yang notabene mengerti ajaran menjaga izzah tapi teman nonmahrom di akunnya banyak banget. Tiap update status ikhwan-ikhwan juga ikutan komentar, waduh suaminya apa tidak cemburu ya?. Mengapa aturan menjaga pandangan dan menjaga izzah seolah memudar hanya karena kita tidak ketemu langsung face to face, padahal kalau dipikir, komentar di tiap status kan sama saja dengan kirim SMS, berarti sama saja kita sedang SMS-an dengan nonmahrom, curhat-curhatan dan cekakak cekikik bukan dengan suami kita?. Termasuk memajang foto tercantik kita yang dapat dilihat dengan mudahnya oleh ikhwan nonmahrom, sebaiknya dihindari, hatta dalam foto itu kita memakai cadar.
Semua itu untuk menjaga agar kita tidak menjadi fitnah (ujian dan cobaan) bagi orang lain, tidakkah terpikir oleh kita, bisa jadi foto kita tengah dikagumi oleh laki-laki bukan mahrom kita atau suami wanita lain. Ahsan, foto cantik kita digantikan simbol seperti bunga dan pemandangan untuk menjaga hati siapapun yang melihatnya. Bukankah syariat kita menjaga dan menutup celah bagi timbulnya kerusakan, sekecil apapun.

Poin penting dalam berjejaring sosial adalah kita harus merasa bahwa Alloh pasti sedang mengawasi tiap gerak-gerik kita, jadi mari kita terapkan sikap cerdas dalam memilah dan memilih teman. Jika ia bukan mahrommu, sebaiknya tidak berteman dengannya karena manusia adalah tempatnya khilaf dan kita tahu betul bahwa hati wanita mudah goyah (paling terasa saat haid, jadi gampang moody). Apalagi kembali merajut pertemananan dengan mantan atau seseorang yang pernah kita suka, ini big NO, NO deh! Hindari sekuat mungkin meng-add-nya. Insya Alloh, berteman dengan wanita saja atau mahrom kita, pasti jauh lebih menenangkan jiwa dan tentunya jika dibarengi niat untuk saling amar ma’ruf nahi munkar akan mendapat pahala, Insya Alloh.

Marilah akhwat dan ummahat yang baik nan salihah, tetap jaga kehormatan kita dimanapun dan kapanpun plus berhati-hati dalam bersikap maupun bertutur. Seperti yang pernah dilansir sebuah situs ternama bahwa penyebab tertinggi perceraian di Jawa Barat adalah akibat Facebook.

Jejaring sosial merk apapun tergantung pemakainya, jika pemakainya cerdas maka ia sukses memiliki jaringan (terutama bagi yang berjualan via OS), tapi jika memperturutkan hawa nafsu dan tak berilmu maka jejaring sosial hanya akan menjadi jurang gelap berbuah sesal dan dosa, Naudzubillahi min Dzalik. Wallahu a’lam.
(Penulis: Dian, ibu rumah tangga tinggal di Ambon)

Hancurnya Diri Karena Sendiri


Jika kau merasa besar, periksa hatimu

Mungkin ia sedang bengkak

Jika kau merasa suci, periksa jiwamu

Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani

Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu

Mungkin ia sedang melayang kehilangan pinjakan

……….

Salim Al Fillah ( dalam dekapan ukhuwah)


Puisi yang diambil dari salah satu buku karya Salim Al Fillah, ya sebuah renungan tentang keberadaan hati. Hati yang selama ini kita bawa kemana-mana. Hati yang selama ini kita rasakan dan kita emban. Disadari atau tidak merasa paling benar, sombong dan merasa paling suci kerap menemani hati-hati kita yang tandus. Apakah disengaja ataupun tidak, ia datang dengan sendirinya seiring kejadian yang kita lihat di sekeliling kehidupan. Dalam cerita manapun kerap kita temukan bahwa sikap sombong dan merasa paling benar selalu berujung dengan kenestapaan. Dimulai dari Iblis, fir’aun, dan masih banyak para tokoh-tokoh yang binasa dengan kosombongannya dan menjadi catatan terpenting untuk pembelajaran hati.

Sifat sombong adalah hal yang dibenci dilangit maupun dibumi. Merasa benar, merasa tinggi, merasa suci ,merasa lebih adalah penyakit yang sangat menjijkan malaikat maupun manusia di dunia ini. Karena sombong adalah ibu jari segala kejhatan dan kehancuran. Penderitaan manusia dipenghujung hidupnya dan sepanjang sejarah, diakibatkan oleh paduan antara sombong dan keangkuhan serta kekuasaan. Ataupun saat ini yang sering terjadi, senyawa dengan merasa unggul dengan kepandaian, atau sombong dengan kekayaan. Atau dekatnya rasa tinggi hati dengan kecendikiawanan. Dan semua itu akan menjadi bencana besar, sebesar tsunami yang kerap melanda bumi, sebesar gempa bumi yang sering menggoyang negeri kita. Sejatinya kesombongan akan mengahalangi kebaikan. Karena jiwa yang merasa tinggi mengalahkan akal dengan kebijakan. Dan karena keangukuhan membunuh persaudaraan.

Merasa diri paling benar dan paling baik adalah segersang-gersangnya tanah dan se tandus-tandusnya lahan bagi Iman. Seiring itu persaudaran hampir mustahil akan terjalin dan tumbuh dengan pupuk kesombongan. Merasa diri lebih baik dibandingkan yang lain adalah penghalang terbesar dalam menjalin hubungan baik dengan sesama. Kalaupun kita melihat keluarga atapun sahabat disekeliling kita berbuat salah. Maka janganlah kita untuk menyimpulkan kesalahan. Sebab kesalahan tersebut adalah ketika kita hanya bisa menyimpulkan tanpa menyadari dan berfikir secara objektif tentang apa yang mereka perbuat. Sejatinya kesalahan-kesalahan yang kita lihat disekeliling kita adalah bentuk kekurangan kita yang harus disadari. Setiap diri adalah cermin maka bercerminlah dengan diri kita. Dan hidup ini adalah sebuah pilihan maka pilihlah pilihan tersebut dengan bijak, dan tentu setiap pilihan yang kita pilih mempunyai konsekuensnya. Entah apa yang kita pilih, namun sesuai judul diatas, kesombongan hanya membawa kita kepada kehancuran. Karena kita sadari kesombongan bukanlah milik manusia, ya dia adalah Allah, hanya Ia yang pantas memakai jas kesombongan. Dan apabila kita masih memakai jas tersebut maka lepaskanlah. Dan ganti dengan kemeja rendah hati.

Dan janganlah engkau memalingkan muka-mu kerana memandang rendah kepada manusia dan janganlah engkau berjalan dibumi dengan berlagak sombong, sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takabbur lagi membangga diri.” (Surat Luqman:18).

Sungguh yang membuat seseorang sombong dan bangga diri bukanlah kelebihan-kelebihan yang dimilikanya. Melainkan pikirannya yang dangkal dan jiwanya yang sempit.
 

Followers

Blogger Tricks

free counters