Senin, 14 Februari 2011

Hanya dengan Islam Kamu Bisa ''From Zero to Hero''

Kamu pernah nonton film Spiderman? Dikisahkan di sana tentang tokoh bernama Peter Parker yang cenderung culun, lemah, dan cenderung tak bisa apa-apa. Jelas saja tipe seperti ini tidak popular dan dijauhi cewek mana pun. Namun ketika akhirnya ia menjadi Spiderman, berubahlah si Peter menjadi sosok ‘hero’ yang membela orang lemah dan tertindas. Cewek incarannya pun takluk dengan pesona dirinya, apalagi ketika ia tahu bahwa yang menjadi tokoh Hero adalah cowok yang dulunya culun.

Kita tak akan ngobrolin tentang Peter Parker dan Spiderman. Yang akan kita bicarakan adalah perubahan si tokoh dari semula zero menjadi hero, dari nothing menjadi something. Atau dengan kata lain seseorang yang semula bukan siapa-siapa tiba-tiba menjadi sosok yang popular dan disukai banyak orang.
Tidak harus menjadi Spiderman untuk menjadi hero. Sedangkan posisi zero alias tak punya apa-apa, mungkin kita semua pernah merasakannya. Nah, untuk menjadi sosok hero tak harus juga terkena sengatan lebah supaya bisa menjadi manusia sakti mandraguna. Karena sesungguhnya dalam diri kita, potensi untuk menjadi hero itu sudah ada dari ‘sono’nya. Tinggal bagaimana kita memaksimalkan potensi itu agar muncul dan menjadi hero bagi diri sendiri maupun orang lain.
....Kamu bisa kok menjadi sosok yang semula zero menjadi hero. Potensi akal adalah bekal utamanya. Akal inilah yang akan menuntun kita untuk memahami diri dan potensinya....
Kamu bisa kok menjadi sosok yang semula zero menjadi hero. Jadilah dirimu sendiri, itu kuncinya. Yang kayak gimana sih menjadi diri sendiri itu? Menjadi diri sendiri adalah menjadi seseorang yang memahami siapa dirinya dan apa potensi yang terkandung di dalamnya. Potensi akal adalah bekal utama yang menjadikan kita sebagai manusia berbeda dari makhluk lainnya. Akal inilah yang akan menuntun kita untuk memahami diri dan potensinya.


Akal akan menunjukkan tentang siapa pencipta kita dan apa tugas manusia di bumi ini sesungguhnya. Dengan akal pula manusia hitam legam bernama Bilal bin Robbah yang semula budak belian (zero) menjadi pembela Islam yang tangguh (hero). Keimanan dalam diri adalah kuncinya. Bukan hanya Bilal yang bisa begitu. Semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk merubah dirinya menjadi hero yang akan dikenang zaman sepanjang masa. Tapi sebelum ke arah sana, langkah kecil meniti jalan menuju hero harus dilakukan donk.
Bagi kamu para muslimah, langkah perubahan semisal dari gaya berbusana jahiliyah menuju gaya berbusana Islami, adalah sebuah gerak perubahan yang berarti. Satu langkah besar perubahan diri menuju sosok hero yang sejati. Berbusana muslimah harus yang syar’i, jangan cuma asal ikut-ikutan para selebriti yang hari ini tertutup rapat, esok hari umbar aurat. Na’udzubillah.


Gaya busana, adalah salah satu identitas diri yang mudah terlihat. Masih banyak identitas diri lainnya bagi sosok bermental hero untuk diyakini dan diamalkan. Amanah, jujur, bertanggung jawab, menghargai waktu, dan banyak lagi sifat lainnya yang seharusnya dipunyai oleh kamu yang merubah diri dari zero menuju hero. Tapi dari semua hal tersebut, kembali ke niat semula bahwa apa pun itu bentuknya, hanya satu tujuan yang ingin diraih yaitu ridha Allah SWT. Karena sesungguhnya, sosok hero adalah mereka yang berjuang atau beramal tanpa pamrih kecuali demi ridha Allah semata. 
....Islam saja yang mampu menjadikan kita the real hero....
Selamat menjadi hero ya dari kamu yang semula cuma zero. Dan ini semua terjadi karena Islam saja yang mampu menjadikan kita the real hero. Tetap semangat! ^_^ [ria fariana/voa-islam.com]

Bersegeralah Sebelum Hilang Kesempatan!

Setiap orang yang menyia-nyiakan hidupnya pasti akan menyesal ketika datang sakaratul maut. Dia akan meminta diperpanjang usianya, walau hanya sebentar, agar dapat mengejar sesuatu yang luput darinya. Bagaimana mungkin bisa, sedangkan yang lalu telah berlalu, dan kini telah datang sesuatu yang lain. Dan setiap orang akan menyesal sesuai dengan kadar kelalaiannya karena menyia-nyiakan kesempatan. Bagi orang kafir, Allah telah menfirmankannya;


وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?." (QS. Ibrahim: 44)


حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS. Al Mukminun: 99-100)
Dan setiap orang akan menyesal sesuai dengan kadar kelalaiannya karena menyia-nyiakan kesempatan.
Namun, Allah sudah membuat ketetapan yang tak akan dirubah-Nya,
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)


Bagi orang beriman yang suka menunda-nunda amal shalih sehingga datang kematian, maka Allah firmankan.
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
"Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?" (QS. Al Munafiqun: 10)

Lalu Allah menjawab, bahwa Dia tidak akan memberi tangguh kepada seseorang jika sudah tiba ajalnya.
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya." (QS. Al Munafiqun: 11) karena Allah mengetahui siapa yang benar dalam ucpannya, maka ia akan dibalas sesuai amal dan niatnya.
"Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan." perkataan orang kafir ketika datang kematiannya
Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, dari Ibnu Abbas rahimahullah, berkata: "barangsiapa yang memiliki harta yang sudah bisa menyampaikannya untuk berhaji ke Baitullah atau mewajibkannya zakat, tapi tidak juga melaksanakannya, pasti ia akan minta raj'ah (dikembalikan lagi ke dunia) ketika sudah mati." Ada seorang berkata, "wahai Ibnu Abbas bertakwalah kepada Allah! sesungguhnya yang minta dikembalikan lagi ke dunia adalah orang kafir." Ibnu Abbas menjawab, "aku akan bacakan kepadamu ayat Al Qur'an tentang hal itu." Lalu beliau membaca Surat Al Munafiqun ayat 9 sampai ayat 11.


Apa yang membuat mereka menyesal?
Penyesalan mereka dikarenakan tidak bisa menggunakan kesempatan hidup untuk menyiapkan bekal akhirat. Maka tatkala mereka memasuki gerbang akhirat tanpa membawa bekal, dan sudah melihat apa yang dijanjikan dan diancamkan di dalamnya maka mereka menyesal dan ingin diberi kesempatan hidup sekali lagi, walau sebentar, untuk menyiapkannya. Oleh karenanya, benar apa yang disampaikan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)

Hadits ini menunjukkan, siapa yang tidak memanfaatkan nikmat sehat dan waktu luang untuk hal-hal yang semestinya maka dia benar-benar telah merugi. Sebab, dengan melakukan hal yang tidak berguna, dia telah menukar dua nikmat yang agung itu dengan harga yang murah.

Ibnu Baththal rahimahullah menjelaskan tentang makna hadits di atas, "seseorang tidak memiliki waktu longgar sehingga hidupnya tercukupi dan badannya sehat. Karenanya, siapa yang mendapatkannya hendaknya memperhatikannya agar tidak merugi karena tidak bersyukur terhadap nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya. Dan salah satu cara mensyukuri nikmat Allah adalah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Barangsiapa yang tidak memanfaatkan kesempatan itu maka dia telah merugi."

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, "barangsiapa menggunakan kedua nikmat tersebut dalam kemaksiatan kepada Allah, maka ia telah tertipu (rugi)."
"Barangsiapa menggunakan kedua nikmat tersebut dalam kemaksiatan kepada Allah, maka ia telah tertipu (rugi)." Ibnul Jauzi
Memang sedikit orang yang bisa memanfaatkan kesempatan tersebut. Terkadang seseorang berada dalam kondisi sehat, tapi tidak memiliki waktu luang untuk beribadah dan beramal shalih karena kesibukannya mencari nafkah. Sebaliknya, terkadang hidup seseorang telah berkecukupan, namun dia dalam kondisi tidak sehat sehingga dia juga tidak bisa beribadah lebih kepada Allah. Karenanya, jika kedua nikmat tersebut berkumpul dalam diri seseorang, namun dia dikalahkan oleh sifat malas untuk menjalankan ketaatan maka dia telah merugi.

Sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat. Di dalamnya ada cocok tanam yang hasilnya akan dipanen di akhirat. Maka dari itu, siapa yang menggunakan waktu sehat dan luangnya untuk ketaatan kepada Allah maka dialah orang yang berbahagia. Sebaliknya, siapa yang menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah maka dialah orang yang merugi. Sungguh waktu luang akan diikuti oleh kesibukan dan sehat akan diikuti oleh sakit.
Sesungguhnya dunia adalah ladang akhirat. Di dalamnya ada cocok tanam yang hasilnya akan dipanen di akhirat.
Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada seseorang yang sedang dinasihatinya;
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْل خَمْس ، شَبَابك قَبْل هَرَمك ، وَصِحَّتك قَبْل سَقَمك ، وَغِنَاك قَبْل فَقْرك ، وَفَرَاغك قَبْل شُغْلك ، وَحَيَاتك قَبْل مَوْتك
"Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kayamu sebelum datang miskinmu, waktu luangmu sebelum datang masa sibukmu, dan hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al Hakim dengan syarat al Bukhari dan Muslim dan diriwayatkan juga oleh Ibnul Mubarak dalam az Zuhd dengan sanad shahih dari riwayat mursal Amru bin Maimun).
Ibnu Umar radliyallah 'anhuma pernah berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR. Bukhari)
. . . Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. . . .
Sudah seharusnya seseorang selalu mempersiapkan bekal dirinya untuk menghadapi kondisi setelah kematian. Yaitu dengan mengerjakan amal shalih dan bertaubat dari semua dosa, karena kematian bisa datan secara tiba-tiba.

Imam Al Bukhari rahimahullah membuat satu bab dalamShahihnya, "Bab Kematian yang Datang Tiba-tiba," lalu beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin Ubaidah ketika berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "sesungguhnya ibuku telah meninggal dengan mendadak, dan aku yakin seandainya ia bisa berbicara sebelum itu, pastilah ia ingin bersedekah. Maka dari itu, apakah dia akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah untuknya? Beliaupun menjawab, "ya".
(PurWD/voa-islam.com)

"Rahsia Nikmatnya Hidup"

Bila hidup ini tidak halangan, tentu tidak menarik. Terlebih dahulu di-cast dengan ilmu, lalu kita amalkan dalam kehidupan, seperti bertarung dalam kehidupan nyata ini. Tapi kita harus benar-benar dapat mengukur diri kita. Misalnya, ketika terjadi pertemuan dengan kalangan tertentu, yang membuat keimanan kita turun, bererti pertemuan itu tidak bagus untuk kita. Bererti iman kita belum cukup untuk dapat menangkis pengaruh negatif dari kelompok itu. Maka untuk sementara waktu kita perlu berhijrah dari lingkungan tersebut, dalam rangka menguatkan diri. span class="fullpost">

Sehingga pada waktunya, kita sudah sedia untuk terjun ke dalam kehidupan sebenar, namun kita sudah berbekal dengan kemampuan yang lebih baik. Kita harus mendakwahi mereka, ketika kita sudah yakin dengan kekuatan diri kita. Di-cast dapat juga dengan cara berkumpul dengan orang-orang soleh. Diamnya saja akan berpengaruh terhadap keyakinan kita.

Yang paling membuat hidup kita tidak selesa adalah kebingungan, ragu-ragu, dan keraguan, kerana setiap yang meragukan membuat hidup kita tidak jelas. Dalam menjalani hidup ini, apabila belum mengenal peta hidup dengan jelas, maka menyebabkan hidup menjadi gamang, ragu, dan sangat meletihkan.

Dalam menjalani hidup ini, harus jelas hala tujunya dan bagaimana dalam melangkahnya, siapa Tuhan kita, siapa kita, apa yang bahaya, dan apa yang menyelamatkan, akan ke mana kita, dan sebagainya. Kalau sudah semuanya jelas, maka akan mantap dan tidak akan bingung dalam menjalani hidup.

Manusia diciptakan dan diurus oleh Allah SWT. Tugas kita di dunia ini adalah menjadi hamba Allah. Mematuhi apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah. Perkara rezeki adalah mutlak dalam genggaman Allah. Kalau kita patuh kepada Allah dan yakin dengan kekuasaan Allah, Sang Pemberi rejeki pasti akan menjamin segala keperluan rezekinya.

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QS At-Thalaq : 2-3

Kita bekerja bukan hanya untuk mencari wang, tapi merupakan amal soleh dalam menjemput rezeki atau nafkah kita. Yang dicari keberkahan dan redha Allah SWT. Orang yang mencari redha Allah tidak akan ragu kepada Allah SWT sebagai pemberi rezeki, pasti kita akan bertemu dengan rezeki kita, sehingga tidak akan mahu berbuat haram. Kalau seseorang tidak mencari redha Allah, maka ia akan menghalalkan berbagai cara.

Dengan demikian, berbeza antara orang yang bekerja hanya untuk mencari wang, dengan orang yang bekerja untuk mencari redha-Nya. Orang yang mencari redha Allah, sama sekali tiada keraguan, yakin pasti bertemu dengan rezekinya. Selama sesuai dengan perintah Allah, tidak perlu menghiba-hiba kepada manusia, kerana manusia tidak dapat memberikan apa pun, tanpa izin Pemilik Semesta Alam.

Kita bergaul dengan manusia, bukan untuk menuhankan, dan memelas kepada manusia. Kita bergaul dengan manusia kerana Allah menyuruh kita bergaul dengan manusia dengan baik. Kita berbuat baik bukan untuk dihargai. Orang menghargai, dan mengakui kebaikan kita atau tidak, bukan urusan kita. Urusan kita adalah bergaul dengan manusia dengan baik sesuai perintah-Nya. Tidak boeh takut kepada manusia. Diri kita milik Allah, tak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa izin pemilik-Nya. Tidak akan pernah mati, kecuali Allah yang mematikan.

Manusia bukan pemberi rezeki, manusia hanya makhluk sebagai jalan dari ketentuan Allah. Tugas kita jelas, menjemput rezeki kita dengan cara yang halal. Semua anak-anak kita ada rezekinya. Tugas orang tua membawa anaknya mengenal siapa penciptanya, Lukmanul Hakim menjadi contoh bagaimana seorang hamba Allah, yang tidak bertuhankan selain Allah. Beliau mendidik anak untuk mengenal-Nya, dengan itu akan berjumpa dengan rezekinya yang berkah. Dan akan berjumpa dengan rezeki dan takdir terbaik dalam kehidupannya. Setelah kita mati, warisan terbesar kita kepada anak-anak kita adalah keyakinan dan istiqamah taat kepada Allah.
Dunia ini hanya tempat persinggahan. Semua kita akan tinggalkan. Dunia tidak ada apa-apa. Dunia bukan untuk memperbudak kita, tapi dunia diciptakan untuk menjadi pelayan kita. Harta, pangkat, gelaran, tidak ada apa-apa erti. Orang-orang zalim dan ingkar diberi oleh Allah dunia ini. Kemuliaan bukan dengan pencapaian duniawi, tanda kemuliaan bukan dengan berharta atau berpangkat, melainkan dengan takwa.
Takwa itu tandanya hatinya yakin, patuh kepada Allah, lahir batin. Redha dengan semua takdir yang telah ditetapkan Allah. Allah tidak pernah zalim dalam menentukan takdir kita. Jelas hidup ini hanya singgah sebentar di dunia dan dunia tidak dibawa ke alam kubur.


Siti hajar ketika ditinggalkan Nabi Ibrahim yang merupakan perintah Allah, ia lantas mengikutinya. Lalu tatkala memerlukan air untuk diri dan anaknya, beliau pun berlari-lari mencari air ke bukit shafa dan marwah. Namun air tidak muncul di bukit tersebut melainkan di sekitar ka’bah yang berjarak seratus meteran dari sana.
Maka tugas kita dalam hal ini adalah untuk menyempurnakan ikhtiar, bukan menentukan hasil. Jangan pernah risau dengan janji Allah. Sesungguhnya yang berbahaya bagi diri kita adalah keburukan dari diri kita sendiri. Orang lain hanya menjadi jalan.

Sekarang masalah apa pun yang menimpa, jangan sibuk dengan orang yang menjadi jalan, melainkan sibuk dengan diri kita yang menjadi penyebabnya. Kebaikan kembali pada pembuatnya, begitu pula keburukan. Tidak ada yang merosak diri kita selain dari keburukan diri kita.
Ketika kita menghadapi kesusahan, kita tidak dapat menyelesaikan dengan kemampuan kita, melainkan dengan pertolongan Allah. Bagaimana jalan keluarnya? Adalah dengan bertaubat.

Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan menenangkan hatinya, Allah akan memberi jalan keluar, dan rezeki pertolongan dari yang tidak terduga.
‘maka aku katakan kepada mereka: "Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS Nuh : 10-12)

Rezeki termahal dalam hidup ini adalah hati yang yakin, dan lahiriahnya patuh kepada Allah dengan istiqamah. Kejayaan orang adalah yakin kepada Allah, tidak ada keraguan dalam hatinya. Tidak bersedih hati. Kunci yakin adalah hati yang bersih. Makin bersih dari kemusyrikan, kemunafikan, dan cinta duniawi, hati akan langsung merasakan keyakinan, hati peka, doa mustajab, akhlak mulia, dan auranya tenang. Maka jangan ukur kejayaan seseorang dengan duniawinya, melainkan lihatlah sejauh mana keyakinannya yang merupakan kurnia Allah tidak ada tolok bandingannya.

Sekuat tenaga mengarungi hidup, disusuli dengan semangat kebersihan hati. Cari sahabat yang dapat membantu membersihkan hati. Seperti kereta yang tidak berfungsi whipernya/ pembersih kaca ketika hujan lebat, maka dia akan risau. Bukan tiada jalan, melainkan tidak dapat melihat jalan. Seperti itu pula ketika kita melihat dengan mata hati yang tertutup dosa. Oleh kerana itu, kembalilah kepada Allah, seperti kaca yang bersih, maka akan tampak semua yang ada, kerana tidak tertutup, seperti udara bagi paru-paru ini, penyelesaian sesungguhnya terhampar dekat kita.


   </span>

Sahabatku pahamilah...

Aku tidaklah setegar yg kau kira….. ..

Aku juga bisa menangis
Hanya saja kau tidak tahu kapan aku menangis
Dan kau pun tidak pernah melihat aku menangis
Tangisanku slalu aku sembunyikan dan ku ganti dgn senyuman
Agar kau slalu merasa nyaman & bahagia bila di dekatku
Karena senyumanku tulus untuk dirimu
……….Senyum itu ibadah…… ….
Dan biarlah tangisanku ini hanya aku dan tuhan saja yg tahu

Aku tidaklah sekuat yg kau tahu sahabat….. .
Hanya saja kau tak pernah menyadarinya
Aku juga sama seperti dirimu
Kadang kuat kadang lemah
Kadang hanyut terbawa gelombang
Kadang hilang di sapu angin
Kadang gundah di terpa badai
Kadang resah di hujani masalah
Kadang tenggelam di telan lautan
Kadang takut selalu menghantui
Kadang kecewa selalu memayungi
Kadang sesal selalu menertawai
kadang sedih setia menemani
Hanya saja aku berusaha tuk menyandarkan sluruh hidupku pada-Nya

Aku juga tak sebijaksana yg kau tahu sahabat….. ….
Aku juga masih butuh seorang guru
Bahkan lebih dari seorang
Mungkin juga ratusan atau ribuan guru
Untuk membimbing jalan hidupku
Yang penuh dgn dosa dan dosa

Aku juga tak sedewasa yg kau kira sahabat….. …
Aku merasa masih anak-anak berusia 5 tahunan
Yang belum mengerti apa-apa
Dan masih ingin di manja setiap waktu

Aku juga tak sebaik yg kau tahu sahabat….. ..
Orang baik hanyalah salah satu dari cita-citaku
Aku hanyalah manusia biasa yg penuh dgn kekurangan
Dan sedikit sekali kelebihannya. .bahkan mungkin tak punya sama sekali

Tapi sahabat….. ….
Aku bahagia bisa membahagiakanmu
Aku bahagia bisa menjadi temanmu
Aku bahagia bisa membuatmu tersenyum
Aku bahagia bisa membantu kesulitanmu
Aku bahagia bisa membuatmu tertawa
Aku bahagia bisa mengurangi beban pikiranmu
Aku bahagia bisa menjadi teman curhatmu
Dan aku bahagia kau bisa menerima segala kekuranganku tanpa membedakan mana miskin mana kaya……..

musafir perjuangan
 

Followers

Blogger Tricks

free counters