Rabu, 23 Februari 2011

Semangat kita, cintaNya

Bersemangatlah mengekspresikan cinta. Karena dengan semangat dan niat baik, kesalahan pun tetap bermakna.

Seperti kisah pengelana yang salah ucap.
Suatu hari, demikian Rasulullah berkisah sebagaimana Al Bukhari meriwayatkan, seorang musafir dari Bani Israil melintas gurun luas. Untuk mengarungi padang pasir yang tak tampak batasnya itu, ia menyiapkan bekal lengkap beserta unta kesayangannya. Air, makanan, pakaian, dan semua keperluan perjalanan ia bebankan pada punggung sang unta, sementara ia berjalan menuntun di samping hewan itu, berlindung dari terik mentari pada bayang-bayangnya.



Saat sampai di sebuah oase, sejenak dia beristirahat. Dia mencuci muka, minum, dan mengisi kantong airnya. Lalu ia berbaring memejam mata di bawah sebatang pokok tua. Sejenak saja. Tapi begitu ia membuka mata, sang unta beserta seluruh bekal yang dihelanya telah lenyap dari pandangan.


Bekalnya menghilang. Untanya kabur. Harapan hidupnya menguap. Panikpun menyergap.
Bagai orang gila dia berteriak-teriak memanggil untanya. Ia mencoba mencari, berlari ke sana-kemari sambil berseru-seru. Terseok-seok mengarungi pasir sembari terus menajamkan pandangan, ia berteriak lagi. Berlari lagi. Lalu menangis. Berlari lagi. Berteriak lagi.


Sampai akhirnya tenaganya habis. Keringatnya kering terperas. Pandangannya mengabur. Kesadarannya turun ke titik terrendah. Dan iapun jatuh. Pingsan.

Tak terasa semalam terlewati. Saat pagi dan mentari menyengatnya dengan sinar hangat, perlahan ia siuman. Pelan dibukanya mata, dihimpunnya sisa kesadaran dan pertama kali yang tampak di matanya adalah.. Untanya, beserta seluruh bekalnya, kini teronggok di depannya! Ada di situ! Benar-benar nyata tanpa kurang suatu apa!


Dadanya bergemuruh.. Kebahagiaannya meluap! Dan ia ungkapkan rasa syukurnya dengan meloncat sambil berteriak keras-keras, ”Allahumma Anta ’abdii wa ana Rabbuk! Ya Allah, Engkaulah hambaku dan akulah tuhanMu!”
Bukankah ini kalimat paling munkar yang pernah terucap dari seorang makhuluq? Bahkan jahatnya melebihi Fir’aun yang berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”


Ya.. Kalimat ini memang salah. Tapi salah ucap, dengan semangat tinggi dan niat baik, nyatanya tetap dihargai di sisi Ilahi. Ia Maha Tahu, Ia Maha Memahami, dan semangat untuk bersyukur dan membukti cinta padaNya akan berbalas indah. ”Allah tertawa mendengar kalimat orang itu”, kata Sang Nabi, ”Mengampuni dosanya, dan memasukkannya ke dalam surga!”

Ah, Allah.. Engkau memang Maha Penyayang!
-Salim A. Fillah-

0 Responses to “Semangat kita, cintaNya”

Posting Komentar

 

Followers

Blogger Tricks

free counters