Jika kau merasa besar, periksa hatimu
Mungkin ia sedang bengkak
Jika kau merasa suci, periksa jiwamu
Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani
Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu
Mungkin ia sedang melayang kehilangan pinjakan
……….
Salim Al Fillah ( dalam dekapan ukhuwah)
Puisi yang diambil dari salah satu buku karya Salim Al Fillah, ya sebuah renungan tentang keberadaan hati. Hati yang selama ini kita bawa kemana-mana. Hati yang selama ini kita rasakan dan kita emban. Disadari atau tidak merasa paling benar, sombong dan merasa paling suci kerap menemani hati-hati kita yang tandus. Apakah disengaja ataupun tidak, ia datang dengan sendirinya seiring kejadian yang kita lihat di sekeliling kehidupan. Dalam cerita manapun kerap kita temukan bahwa sikap sombong dan merasa paling benar selalu berujung dengan kenestapaan. Dimulai dari Iblis, fir’aun, dan masih banyak para tokoh-tokoh yang binasa dengan kosombongannya dan menjadi catatan terpenting untuk pembelajaran hati.
Sifat sombong adalah hal yang dibenci dilangit maupun dibumi. Merasa benar, merasa tinggi, merasa suci ,merasa lebih adalah penyakit yang sangat menjijkan malaikat maupun manusia di dunia ini. Karena sombong adalah ibu jari segala kejhatan dan kehancuran. Penderitaan manusia dipenghujung hidupnya dan sepanjang sejarah, diakibatkan oleh paduan antara sombong dan keangkuhan serta kekuasaan. Ataupun saat ini yang sering terjadi, senyawa dengan merasa unggul dengan kepandaian, atau sombong dengan kekayaan. Atau dekatnya rasa tinggi hati dengan kecendikiawanan. Dan semua itu akan menjadi bencana besar, sebesar tsunami yang kerap melanda bumi, sebesar gempa bumi yang sering menggoyang negeri kita. Sejatinya kesombongan akan mengahalangi kebaikan. Karena jiwa yang merasa tinggi mengalahkan akal dengan kebijakan. Dan karena keangukuhan membunuh persaudaraan.
Merasa diri paling benar dan paling baik adalah segersang-gersangnya tanah dan se tandus-tandusnya lahan bagi Iman. Seiring itu persaudaran hampir mustahil akan terjalin dan tumbuh dengan pupuk kesombongan. Merasa diri lebih baik dibandingkan yang lain adalah penghalang terbesar dalam menjalin hubungan baik dengan sesama. Kalaupun kita melihat keluarga atapun sahabat disekeliling kita berbuat salah. Maka janganlah kita untuk menyimpulkan kesalahan. Sebab kesalahan tersebut adalah ketika kita hanya bisa menyimpulkan tanpa menyadari dan berfikir secara objektif tentang apa yang mereka perbuat. Sejatinya kesalahan-kesalahan yang kita lihat disekeliling kita adalah bentuk kekurangan kita yang harus disadari. Setiap diri adalah cermin maka bercerminlah dengan diri kita. Dan hidup ini adalah sebuah pilihan maka pilihlah pilihan tersebut dengan bijak, dan tentu setiap pilihan yang kita pilih mempunyai konsekuensnya. Entah apa yang kita pilih, namun sesuai judul diatas, kesombongan hanya membawa kita kepada kehancuran. Karena kita sadari kesombongan bukanlah milik manusia, ya dia adalah Allah, hanya Ia yang pantas memakai jas kesombongan. Dan apabila kita masih memakai jas tersebut maka lepaskanlah. Dan ganti dengan kemeja rendah hati.
Dan janganlah engkau memalingkan muka-mu kerana memandang rendah kepada manusia dan janganlah engkau berjalan dibumi dengan berlagak sombong, sesungguhnya Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takabbur lagi membangga diri.” (Surat Luqman:18).
Sungguh yang membuat seseorang sombong dan bangga diri bukanlah kelebihan-kelebihan yang dimilikanya. Melainkan pikirannya yang dangkal dan jiwanya yang sempit.
0 Responses to “Hancurnya Diri Karena Sendiri”
Posting Komentar