Kamis, 26 Mei 2011

Sidney Jones dan Rohis


DIALOG JUM'AT REPUBLIKA
Jumat, 06 Mei 2011 pukul 15:44:00



JIC
Oleh Rakhmad Zailani Kiki
Staf Seksi Pengkajian Bidang Diklat JIC

Menjelang peringatan Hari Pendidikan Nasional kemarin, kita dikejutkan pernyataan seorang pakar terorisme, Sidney Jones, bahwa gerakan teroris saat ini makin merajalela. Gerakan mereka bahkan tumbuh lewat studi-studi kajian Islam di kalangan pemuda, seperti Rohani Islam (Rohis) di sekolah menengah atas.

Menurutnya, Rohis pada umumnya sangat baik, tapi di beberapa daerah bisa jadi poin masuk untuk teroris. Sehingga, untuk mengatasi teroris tidak bisa hanya mengandalkan aparat saja, di sini kepala sekolah juga harus berperan mematikan bibit-bibit teroris di sekolah.

Sidney juga menyarankan dan mengusulkan agar pemerintah melibatkan semua kaum ibu, karena merekalah yang lebih mengerti dan mengetahui perilaku dan kegiatan anaknya. Pernyataan Sidney Jones itu tak urung menimbulkan banyak respons penolakan, mulai dari anggota dewan, Menteri Pendidikan, sampai masyarakat awam.

Apalagi bagi mereka yang pada era 80-an duduk di sekolah menengah atas, terlebih yang aktif di Rohis, tentu akan menertawakan pernyataan Sidney Jones tersebut. Bagaimana tidak tertawa, Sidney Jones menyamakan para aktivis Rohis dengan murid 'madrasah' binaan para teroris yang ada di negara-negara yang memang menjadi sarang teroris.

Bolehlah dia pakar di bidang terorisme, tetapi dia sangat lemah pemahamannya tentang Rohis. Bagi mereka yang belum mengerti Rohis, mari sedikit kita bernostalgia ke era 80-an saat Rohis tumbuh menjamur di sekolah-sekolah menengah atas. Khususnya di Jakarta, Rohis merupakan salah satu unit ekstrakurikuler sekolah berada dalam struktur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Kemunculan Rohis di sekolah tidak terlepas dari kebutuhan pelajar Islam agar ada suatu wadah ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang Islam dan mengekspresikan keislaman mereka lewat peringatan hari besar Islam seperti Peringatan Maulid Nabi dan Isra Mikraj dalam bentuk pementasan seni budaya Islam.

Karenanya, Rohis identik dengan grup nasyid yang penampilannya telah menjadi menu wajib di setiap acara peringatan hari besar Islam. Judul-judul Nasyid seperti "Laa Tas-alu" (Jangan Kau Tanya) dan "Ribathul Ukhuwah" (Tali Persaudaraan) merupakan dua judul dari judul-judul nasyid yang populer didendangkan.

Karena nasyid itu berbahasa Arab yang hampir tidak diketahui artinya oleh yang hadir, maka terjemahan nasyid dibacakan sebagai puisi, mengiringi nasyidnya. Sekarang tidak hanya ada grup nasyid, tetapi juga grup marawis. Ada pula kegiatan tafakur alam yang bahkan diikuti para guru, seperti yang dilakukan oleh Rohis SMU 23 kala itu. 

Tentu saja diadakan juga pengajaran tentang keislaman, bahasa Arab, dan lain-lain. Bahkan untuk urusan toleransi, Rohis sangat peduli. Yaitu, dengan mengajarkan kepada anggotanya agar terhadap pelajar atau siapa pun yang berada di lingkungan mereka yang berbeda agama dan keyakinannya harus bersikap penuh toleransi dan penuh kasih sayang.

Kini, banyak di antara mereka yang dulu aktif di Rohis telah menjadi kaum profesional, bahkan tidak sedikit yang berkiprah di ketentaraan. Salah satunya adalah Letkol (Kes) TNI-AU dr Wawan Mulyawan SpBS.

Kisahnya ini dia tuturkan sendiri pada saat acara ceramah dan talk show yang dipandu oleh KH Wahfiudin Sakam pada acara "Dzikir Akbar Pendidikan" di Jakarta Islamic Centre (JIC) yang diadakan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada Senin, 2 Mei 2011.

Dia mengisahakan, di era 80-an, sewaktu duduk di bangku sekolah di SMU 3 Setia Budi, dia aktif mengikuti kegiatan Rohis. Keaktifannya di Rohis ternyata tidak mengganggu aktivitasnya belajar, malah sangat menunjang. Hal ini dibuktikan ketika dia lulus Sipenmaru (ujian masuk perguruan tinggi saat itu) dan diterima untuk melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran UI.

Ketika di semester tiga, dia mendaftarkan diri sebagai tentara ABRI (sekarang TNI) di Angkatan Udara. Setelah lulus kuliah sambil terus berkarier sebagai tentara, dia mengambil kuliah spesialis bedah syaraf. Kini, dia menjadi perwira TNI-AU dengan pangkat Letkol sekaligus sebagai dokter spesialis bedah syaraf.

Salah satu faktor utama keberhasilan kariernya saat ini adalah kemampuannya untuk menghindari godaan dari lawan jenis atau pergaulan bebas dan harta. Kemampuan-kemampuan tersebut dia dapat dari didikan selama dia beraktivitas di Rohis.

Kisah Letkol (Kes) TNI-AU dr Wawan Mulyawan SpBS adalah satu dari sekian ribu kisah sukses alumni Rohis yang kini berkiprah dan mengabdi untuk agamanya, bangsanya, perdamaian, dan NKRI. Jadi, wahai Sidney Jones, siapa Rohis yang kau maksud?

0 Responses to “Sidney Jones dan Rohis”

Posting Komentar

 

Followers

Blogger Tricks

free counters